Ari Dwipayana Apresiasi Rai Mantra Raih Gelar Doktor Ekonomi Dengan Predikat Cumlaude

Ari Dwipayana Apresiasi Rai Mantra Raih Gelar Doktor Ekonomi Dengan Predikat Cumlaude

Ari Dwipayana Apresiasi Rai Mantra Raih Gelar Doktor Ekonomi Dengan Predikat Cumlaude

FORUM Keadilan Bali – Koordinator Staf Khusus Presiden RI yang juga pegajar di FISIP Universits Gajah Mada, Anak Agung Ari Dwipayana mengapresiasi IB rai Dharmawijaya mantra meraih gelar dokrtor lewat disertsi berjudul “Peranan Modal Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan LPD di Bali saat Covid-19”. dipertahankan di depan Tim Penguji Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Rai Mantra, demikian dia kerap disapa, mempertahankan judul desertasi itu pada Sidang Terbuka untuk meraih gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis, Universitas Udayana, Jumat (16/6).

Rai Mantra, menjelaskan, LPD yang diinisiasi sejak 1984, oleh Profesor IB Mantra, Gubernur Bali era 1978-1988 sekaligus ayah dari IB Rai Mantra dinilainya bukan hanya lembaga desa berbasis profit, namun lembaga sosial mengemban tugas sosial-budaya.

Koordinator Staf Khusus Presiden RI Ari Dwiapayan dalam sidang terbuka mengemukakan Rai Mantra mengukuhkan dirinya bukan hanya sebagai anak biologis Prof. Dr. IB Mantra. Tetapi telah menjadi anak akademis, pewaris ideologis, penerus gagasan besar Prof Mantra. Karena pendirian LPD adalah bagian dari strategi kebudayaan yang dipikirkan Prof Mantra. “Seperti yang kita tahu, dalam bukunya berjudul Landasan Kebudayaan Bali, Prof IB Mantra menyebutkan kemajuan atau modernisasi memerlukan landasan budaya yang kuat, kreatif dan berakar pada kepribadian,” ungkap Ari Dwipayana.

Ari Dwipayana mengungkapkan merupakan sebuah kritik atas pendekatan modernisme dan juga pandangan kaum positivitik-neo klasik yang menyatakan adopsi terhadap sistem kapitalistik akan mengantarkan pada kemajuan yang sama. “Pandangan ini mengabaikan adanya formasi sosial, kelembagaan  sosio-ekonomi yang berbeda dimana menghasilkan hasil yg berbeda. Ada sebuah Studi Clifford Geertz yang membandingkan antara Tabanan dengan Pare dengan menunjukan pentingnya melihat konfigurasi sosial dalam masyarakat dalam menjelaskan perubahan sosial-ekonomi,” urai Ari Dwipayana.

Baca Juga :  BKSDM Kota Denpasar Gelar Rakor, Pastikan Seleksi Pengadaan CASN 2024 Berjalan Lancar

Sistem kapitalisme, kata Ari Dwipayana memunculkan respon berupa kelembagaan baru yang tidak sepenuhnya mengadopsi kapitalistik global. Hal itu mengakomodasi tradisi  kepentingan lokal. Sehingga muncul lembaga in between bekerja dengan cara berbeda. Prof Mantra menyebut LPD sebagai perkawinan tradisi dan manajemen modern. Prof Mantra juga melihat pentingnya revitalisasi lembaga-lembaga tradisional, reintegrasi dan adaptasi. Inilah strategi kebudayaan yang digagas Prof Mantra utk  berhadapan dengan modernitas.

Lebih lanjut Ari Dwipayana mengatakan gagasan besar inilah yang diteruskan IB Rai Dharmawijaya Mantra dalam Desertasinya mengangkat Peranan Modal Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja LPD di Bali saat Covid-19.

Shares: