Desa Serangan dan Kura Kura Bali Olah Sampah Plastik Jadi Barang Kerajinan Bernilai Ekonomi

Desa Serangan dan Kura Kura Bali Olah Sampah Plastik Jadi Barang Kerajinan Bernilai Ekonomi
OLAH SAMPAH PLASTIK - Desa Adat Serangan dan PT Bali Turtle Island Development (BTID) berinisiatif menghadirkan solusi inovatif dalam mengolah sampah plastik menjadi barang kerajinan bernilai ekonomi.
📷: (Foto : fkb/ist)

Desa Serangan dan Kura Kura Bali Olah Sampah Plastik Jadi Barang Kerajinan Bernilai Ekonomi

DENPASAR, FORUMKEADILANBali.com – Desa Adat Serangan dan PT Bali Turtle Island Development (BTID) berinisiatif menghadirkan solusi inovatif dalam mengolah sampah plastik  menjadi barang kerajinan bernilai ekonomi. Langkah kecil ini membawa dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat pesisir.

”Terciptalah Angen untuk mengelola sampah. Kami tidak anti penggunaan plastik, kami hadir sebagai solusi untuk permasalahan ini,” ujar I Gede Agastia, tim produksi Angen Bali yang merupakan binaan PT Nukari Kriya Raya, pusat pengolahan sampah plastik hasil kolaborasi Desa Serangan dengan BTID.

Agastia menjelaskan, BTID merupakan Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali telah melakukan kolaborasi dengan plastic workshop di Desa Serangan mengelola sampah plastik berlangsung sejak tahun 2014. Inisiatif ini berfokus pada pengelolaan sampah plastik telah menahun menjadi salah satu tantangan besar di Bali. Setiap hari, Angen Bali menerima sampah plastik rata-rata 8 kilogram.

Ia menjelaskan, alih-alih sampah plastik berakhir di TPA atau hanyut ke laut dan menjadi santapan biota laut. Plastik tersebut dipilah, diolah, dan diubah menjadi beragam produk kreatif tidak hanya bernilai guna, tetapi bernilai jual. Dari peralatan rumah tangga, hiasan interior, hingga karya seni fungsional. Setiap produk adalah bukti bahwa keberlanjutan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyrakat.

I Wayan Darmaja, Tim Community Relations Nukari, menceritakan proses yang dilalui bersama dengan BTID meningkatkan antusias masyarakat memilah sampah plastik dari rumah. ”Dulu sistemnya barter, kami disponsori beras oleh BTID. Beras itu ditukarkan dengan sampah plastik yang dibawa masyarakat. Sekarang, kami membelinya dari masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga :  Implementasi Pembayaran Digital Terbaik, Bali Peroleh 4 Penghargaan BI Award 2023

BTID melihat program ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang untuk membangun ekosistem ekonomi sirkular di kawasan pesisir. Lewat kolaborasi dengan pelaku lokal seperti Angen Bali, pengelolaan sampah menjadi lebih dari sekadar solusi lingkungan, tetapi menjadi sarana edukasi, pemberdayaan, dan penguatan identitas budaya Bali yang menjunjung harmoni antara manusia dan alam.

”Kerja sama ini bukan hanya soal mengelola sampah, namun mengubah cara pandang kita terhadap plastik. Di Kura Kura Bali, kami percaya kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Zakki Hakim, Kepala Komunikasi BTID.

”Bersama Angen Bali, kami ingin memperlihatkan bahwa dari Desa Serangan, ide-ide kreatif bisa lahir untuk menjaga Bali tetap indah dan berkelanjutan,’’ imbuhnya.

Dengan semangat gotong royong dan kreativitas tanpa batas, Kura Kura Bali dan Desa Serangan berharap inisiatif ini dapat menginspirasi komunitas lain terutama para pemuda untuk bersama-sama mengubah masalah menjadi sumber penghasilan, dan limbah menjadi karya.

Agastia mengharapkan adanya tanggungjawab di masing-masing individu terkait sampah yang diproduksi. ”Masyarakat baik di Bali atau Indonesia, mohon memilah sampah dengan baik di rumah maupun ketika berwisata. Kita sama-sama menjaga lingkungan,” harapnya. (*)

Shares: