FORUMKEADILANBali.com – Anggota DPRD Bangli, Ni Nengah Dwi Madya Yani minta Dinas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Bangli dapat mengatasi rontoknya buah Jeruk Kintamani serius belakangan ini.
Madya Yani yang juga Anggota Komisi II DPRD Bangli ini meminta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan ( PPK) Bangli tidak diam melihat kondisi itu. Terutama kepada PPL diminta memberikan pendampingan. Menyiapkan metode yang tepat untuk mengatasi hama/penyakit saat musim penghujan seperti sekarang. ”Kami berharap penyuluh lapangan di Dinas PKP memberikan pendampingan. Mana metode tepat untuk mengatasi hama dan penyakit di musim hujan,” pinta srikandi PDIP daerah pemilihan Kota Bangli ini, Jumat (31/1/2025).
Petani jeruk di Desa Bonyoh, Kintamani, I Ketut Lingga kepada FKB, Jumat (31/1/2025) pihaknya mengeluh karena buah jeruknya rontok. Pasalnya, buah jeruk yang mereka harapkan berproduksi hanya impian, dan buah jeruk berguguran. Hampir 80 persen buah jeruk rontok sebesar kelengkeng. ’’Baru sebesar kelengkeng sudah rontok, tidak dapat dijual,” ujarnya.
SEMPROT JURUK – Petani di Desa Bonyoh, Kintamani, I Ketut Lingga menyemprot tanaman jeruk agar buah tidak rontok. (FKB/sumerta)
Keluhan senada juga datang dari petani jeruk di Banjar Masem Budi Karma, Siska Ery. Dia mengungkapkan buah jeruknya juga rontok, namun tidak terlalu signifikan seperti dialami petani I Ketut Lingga. Tak kecuali jeruk di Desa Batukaang, Kintamani banyak yang rontok. Rontoknya terjadi merata, di Desa Sukawana juga kerontokan buah terjadi. Hanya petani di sana mengakui tak lebih dari 5 persen gugurnya.
Sementara Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma ketika dimintai tanggapannya, mengakui ada kasus rontok buah jeruk. Dia mengaku ada laporan rontoknya buah jeruk dari petani di Desa Batukaang Kintamani.
Sarma mengungkapkan setiap ada laporan akan tindaklanjuti dengan pengamatan, pembinaan dan pengendalian dengan memberikan bantuan pestisida. Bukan hanya itu, memberikan rekomendasi cara pengendalian serangan hama dan penyakit.
Dia berharap petani jeruk tidak menggunakan pupuk mentah, tanpa proses permentasi. Hal itu dapat merusak kondisi perakaran tanaman jeruk. Bila mendapat pupuk mentah dibarengi dengan hujan berpengaruh terhadap perkembangan fatogen dan mikroba yang membahayakan tanaman. ’’Kami selalu menghimbau dan menyarankan petani mengurangi penggunaan pupuk kandang berbahan limbah kotoran ternak masih mentah atau belum terpernentasi,” imbuhnya. (sum)