
: (Foto : fkb/jelantik)
DPRD Bangli Dorong Pemerintah Beri Insentif Petani
BANGLI, FORUMKEADILANBali.com – Di tengah euphoria melejitnya harga sejumlah komoditas unggulan Kabupaten Bangli seperti kopi, dan alpokat, pemerintah diharapkan memberikan dukungan dalam bentuk insentif untuk petani. Bantuan tersebut tidak saja bukti kehadiran pemerintah, melainkan bentuk apresiasi kerja keras petani selama ini.
Para petani diharapkan tetap konsisten menjaga kualitas produk perkebunan mereka melalui intensifikasi dan pengolahan paska panen. Di sisi lain, pemerintah didorong berperan aktif dengan memberikan insentif berupa mempermudah penyaluran pupuk dan obat-obatan bagi petani. Demikian diungkapkan Wakil Ketua DPRD Bangli Komang Carles Selasa (17/6/2025).
Carles yang juga kader Partai Demokrat ini mengemukakan, sebagai bentuk kehadiran pemerintah pihaknya mendorong agar Pemkab Bangli khususnya instansi terkait memberikan insentif bagi petani dalam hal penyaluran pupuk bersubsidi. Selama ini masih ada keluhan petani terkait dengan kebutuhan pupuk dan obat-obatan. ”Bentuk kehadiran pemerintah, selayaknya petani diberian akses lebih mudah memperoleh pupuk dan obat-obatan. Petani akan lebih semangat menjaga kualitas produksi perkebunannya,” katanya.
Carles menjelaskan, salah satu komoditas unggulan Bangli saat ini mengalami masa keemasan yakni kopi Arabika Kintamani. Harga kopi di pasaran saat ini tengah mengalami booming dan diperkirakan berada di harga tertinggi yakni mencapai Rp16 ribu per kilogram untuk kopi gelondongan. ”Petani kopi saat ini sedang berbahagia. Harga kopi cukup menjanjikan,” imbuh Carles seraya menambahkan, kopi Kintamani memiliki sejumlah keunggulan rasa membedakan dengan jenis kopi lainnya di Indonesia.
Politisi asal Desa Batur Utara, Kintamani ini berharap petani kopi Kintamani tidak terbuai dengan harga jual tinggi. Namun tetap konsisten menjaga kualitas produksi. Jika kualitas bisa terus dipertahankan maka kejayaan kopi Kintamani akan kembali terjadi seperti beberapa tahun lalu. ”Petani harus tetap menjaga kualitas diantaranya dengan melakukan petik merah dan melakukan pengolahan paska panen dengan maksimal,” harapnya.
Terkait ekspor biji kopi Kintamani ke sejumlah negara di Eropa dan Asia seperti pernah dilakukan beberapa tahun silam, Carles mengajak petani kopi untuk berpikir untuk memenuhi kebutuhan lokal. Menurutnya, kebutuhan pasar lokal masih sangat terbuka bahkan mungkin masih kurang dengan menjamurnya coffee shop di Bali. ”Jangan muluk-muluk dulu dengan niat ekspor. Kebutuhan lokal atau dalam negeri saja masih kekurangan,” ungkapnya seraya menuturkan bisa mengekspor produk pertanian tidak saja dibutuhkan sejumlah persyaratan ketat, namun juga proses panjang. (jel)