Gambuh Maha Gita Duta Denpasar Angkat Cerita Sangging Prabangkara

Gambuh Maha Gita Duta Denpasar Angkat Cerita Sangging Prabangkara

Gambuh Maha Gita Duta Denpasar Angkat Cerita Sangging Prabangkara

FORUM Keadilan Bali – Hingga penghujung gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV tahun 2023, duta Kota Denpasar kali ini datang dari Seka Gambuh Maha Gita Banjar Gelogor, Denpasar Barat tetap tampil maksimal.

Mengangkat cerita Sangging Prabangkara, drama Tari Gambuh sudah menahun berkembang di Kota Denpasar ini sukses tampil memukau dan mengundang decak kagum penonton di Kalangan Angsaoka, Taman Budaya Art Center Denpasar, Sabtu (15/7).

Kordinator sekaligus Pempinan Sanggar I Ketut Sumarya, S.E., mengatakan, proses perispan Seka Gambuh Maha Gita Banjar Gelogor berlangsung sejak dipercaya menjadi duta kesenian Kota Denpasar Januari 2023. Latihan dan persiapan terus dioptimalkan dengan harapan dapat memberikan penampilan terbaik.

Sumarya menyampaikan pementasan mengangkat cerita berujudul Sangging Prabangkara. Dikisahkan Raja Mataram hendak mencari seorang wanita sebagai permaisuri kerajaan mengingat raja belum memiliki pendamping sejak memerintah di Kerajaaan Mataram. Raja kemudian memerintahkan abdinya, Patih Prabangkara menelusuri seluruh wilayah kerajaan Mataram dan kerajaan tetangga lainnya guna mencari wanita yang didamkan.

Atas perintah Raja tersebut, Sumarya menuturkan, akhirnya berangkatlah Patih Prabangkara melakukan penelusuran. Dalam perjalananya Patih Prabangkara terkesima dengan pemandangan alam yang begitu indah, gunung yang menghijau, danau nan bersih menyejukkan hati yang dilewati selama perjalanan. Terbesit keinginan Sang Patih mengabadikan keindahan alam tersebut dengan menggambarnya kedalam sebuah kanvas. ”Ketika menggambar danau itu, Patih Prabangkara melihat Putri Raja Gegelang sedang mandi di tepian danau dan seketika itu pula menggambarnya,” tutur Sumarya.

Baca Juga :  Kadis DKLH Made Rentin: TPA Suwung Tetap Tutup Sampah Organik Per 1 Agustus

Singkat cerita, lanjut Sumarya, Patih Prabangkara kembali ke kerajaan sembari melaporkan dan menyerahkan hasil gambar Putri Gegelang tersebut kepada raja. Raja sangat terpikat melihat kecantikan Putri Gegelang yang begitu sempurna. Raja kemudian mengutus Patih Prabangkara berangkat ke Kerajaan Gegelang dengan maksud melamar Sang Putri.

Setelah tiba di kerajaan, Patih Prabangkara mengutarakan maksud kedatangannya melamar Putri Raja Gegelang agar berkenan menjadi permaisuri Raja Mataram. Namun keinginan tersebut mendapat penolakan Raja Gegelang. Pihaknya dengan berat hati menolak lamaran tersebut karena putrinya telah lama dijodohkan dengan Raden Panji. ”Patih Prabangkara dengan rasa kecewa akhirnya kembali ke kerajaan Mataram seraya melaporkan penolakan tersebut. Begitu mendengar penolakan itu, Raja Mataram menjadi murka dan bermaksud menyerang kerajaan Gegelang. Sehingga perang tidak terelakkan terjadi antara kerajaan Mataram dan Gegelang,” ujar Sumarya

Sumarya berharap kedepan semakin terbuka ruang bagi kesenian Gambuh terus berkembang. Sehingga kesenian ini tetap ajeg, lestari di era globalisasi ini. Terlebih Gambuh merupakan salah satu kesenian tua yang ada di Bali dan diwarisi hingga kini.

Sementara Kadis Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara memberikan apresiasi atas penampilan apik Seka Gambuh Maha Gita Banjar Gelogor, Denpasar Barat membawakan drama tari berujudul Sangging Prabangkara. Drama tari ini mengisahkan perjalanan Raja Mataram hendak mencari seorang wanita sebagai permaisuri kerajaan. ”Kami memberikan apresiasi sekaligus mengucapkan terima kasih atas penampilan apik Seka Gambuh duta Kota Denpasar. Semoga kedepan ilmu-ilmu pegambuhan dapat diteruskan kepada generasi selanjutnya, sehingga keberadaan Gambuh ajeg dan lestari sebagai warisan kesenian Bali,’’ ucap Raka Purwantara.

Shares: