Harga Hasil Petik Merah Naik, Petani Kopi di Kintamani Sumringah

Harga Hasil Petik Merah Naik, Petani Kopi di Kintamani Sumringah
PNEN KOPI - Petani kopi asal Desa Belantih, Kintamani, I Made Kelungkung saat panen petik merah kopi di lahannya.
📷: (foto : fkb/jelantik)

Harga Hasil Petik Merah Naik, Petani Kopi di Kintamani Sumringah

BANGLI, FORUMKEADILANBali.com – Para petani Kopi di Kintamani tampak sumringah. Saat ini mereka tengah menikmati panen raya, harga kopi gelondongan mencapai titik tertinggi. Bahkan, dalam beberapa bulan ke depan harga kopi diperkirakan akan terus melambung.

Petani berharap kopi akan kembali menjadi produk pertanian unggulan mampu mengangkat taraf hidupnya. ”Saat ini harga kopi khususnya hasil petik merah mencapai Rp15.200 per kilogram,” ungkap I Made Kelungkung petani kopi asal Desa Belantih, Kintamani, Minggu (18/5).

Lebih lanjut Kelungkung mengemukakan, sesungguhnya trend harga kopi terus mengalami kenaikan tampak sejak tahu lalu. Ia belum mengetahui penyebab terjadinya kenaikan harga kopi tersebut. Kemungkinan disebabkan meningkatnya konsumsi kopi sejalan dengan menjamurnya coffee shop termasuk permintaan untuk pangsa pasar baik di dalam maupun luar negeri. ”Permintaan kopi mulai menggeliat dalam beberapa waktu belakangan ini,” ujarnya.

Ditambahkan, naiknya harga kopi di tingkat petani tersebut memberikan imbas bagi para petani kopi khususnya di Kintamani. Banyak diantara petani sebelumnya hanya membudidayakan tanaman lain seperti jeruk kini mulai menanam kopi. ”Dulu sebelum komoditas tanaman lain seperti jeruk booming, sebagian diantara mereka sudah terbiasa membudidayakan kopi. Kini sejalan dengan makin membaiknya harga komoditas kopi, petani kembali menanam kopi,” jelas Kelungkung yang juga mantan guru ini.

Hal senada juga diungkapkan Putra Eka Wirata, petani Kopi asal Desa Gunungbau, Kintamani. Menurutny, di wilayah Desa Gunungbau jumlah lahan perkebunan kopi mencapai ratusan hektar. Saat ini sebagian diantara petani sudah mulai melakukan aktivitas panen.  ”Sejak awal petani di Desa Gunungbau melakukan sistem petik merah,” ungkap Eka Wirata seraya menambahkan, dilihat dari produksi kopi antara tahun lalu dengan sekarang tidak ada perbedaan signifikan. Artinya produksi kopi tahun ini kemungkinan akan sama dengan tahun lalu.

Baca Juga :  Nilai Tukar Rupiah Melemah 33 Poin Terhadap Dolar AS

Eka Wirata mengungkapkan menggunakan sistem petik merah kualitas kopi bisa dipertahankan, sehingga harganya bisa konsisten. Harga kopi sekitar Desa Gunungbau hampir sama dengan di daerah lain. ”Kami menjual dengan kisaran harga Rp14.000 hingga Rp15.000 per kilogram,” jelasnya sembari menambahkan kemungkinan harga tersebut akan mengalami perubahan sejalan dengan makin banyaknya petani yang melakukan panen.

Terkait pangsa pasar, Eka Wirata menyebutkan hingga saat ini hasil petik merah petani masih dibeli para pengepul. Jumlah pengepul cukup banyak sehingga petani belum menemui kesulitan dalam pemasaran produksinya. ’’Kami tidak mengalami kesulitan untuk pemasarannya. Tinggal bawa ke pengepul, ya sudah,” paparnya sembari menjelaskan selain keperluan ekspor ke Malaysia, kopi yang dihasilkan di Kintamani juga banyak yang diserap untuk konsumsi coffeeshop yang ada di sejumlah objek wisata termasuk di Kintamani.

Selama ini ada dua jenis kopi yang dikembangkan di wilayah Kintamani yakni Arabika dan Robusta. Namun paling populer jenis Arabika. Selain memiliki rasa dan aroma yang khas, jenis kopi ini juga memiliki kualitas yang baik. Banyak klon dari jenis kopi Arabika ini. Umumnya petani selalu memilih tanaman yang mudah dibudidayakan dan memberikan hasil yang maksimal. Tanaman kopi bisa tumbuh subur dan menghasilkan dengan baik jika dibudidayakan pada kawasan dengan iklim tropis dengan suhu moderat, curah hujan cukup dengan kelembaban tinggi pada ketinggian antara 1000-2000 Mdpl. Brasil masih menduduki posisi pertama sebagai penghasil kopi terbesar di dunia, disusul Vietnam dan Kolumbia. Negara yang paling banyak mengkonsumsi kopi adalah Finlandia, Amerika Serikat serta Eropa. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia selain produk lain seperti kakao, kelapa sawit dan lainnya. Untuk Provinsi Bali, produksi Kopi dihasilkan hampir di seluruh Kabupaten dengan penghasil terbesar ada di Kabupaten Bangli, Buleleng dan Tabanan. (jel)

Baca Juga :  Ny. Antari Apresiasi Workshop Industri Kerajinan Gerabah di Desa Ubung Kaja
Shares: