Kemarau Basah Berdampak Produksi Tanaman Holtikultura di Kintamani

Kemarau Basah Berdampak Produksi Tanaman Holtikultura di Kintamani
TANAMAN HOLTIKULTURA - Areal tanaman holtikultura hijau di Desa Belantih, Kintamani, Bangli.
📷: (Foto : fkb/jelantik)

Kemarau Basah Berdampak Produksi Tanaman Holtikultura di Kintamani

BANGLI, FORUMKEADILANBali.com – Musim kemarau basah ditandai turunnya hujan lebat tiba-tiba dalam tempo singkat ternyata berdampak pada produksi sejumlah tanaman holtikultura di Kintamani. Sehingga sejumlah produk holtikultura seperti kacang buncis menjadi langka dan memicul kenaikan harga di pasar.

Sejumlah komoditas justru mengalami penurunan harga karena terjadi over produksi. Jenis komoditas seperti kol, brokoli dan cabai besar produksinya berlimpah sehingga memicu turunya harga di pasaran. ”Musim kemarau basah langsung berkontribusi pada produksi sejumlah komoditas. Banyak tanaman mengalami gangguan,” kata I Nyoman Nadi salah seorang petani sekaligus pengepul produksi tanaman holtikultura ditemui di Desa Belantih, Kintamani, Bangli, Senin (26/5/2025).

Nadi menjelaskan komoditas holtikultura saat ini produksinya mengalami penurunan seperti buncis. Jumlah petani menanam buncis terhambat kondisi cuaca tidak menentu. Tiba-tiba hujan turun sangat lebat, sesaat kemudian kembali cerah. ”Kondisi ini sangat berdampak pada tanaman,” ungka Nadi seraya menambahkan, di tingkat petani harga komoditas jenis ini dikisaran Rp0 ribu per kilogram.

Dia menuturkan jenis komoditas lain bulan ini musim panen seperti brokoli, kul maupun cabai besar sama sekali tidak mengalami gangguan produksi. Bahkan ada kecendrungan terjadi over produksi karena sebagian besar petani holtikultura menanam tanaman ini bersama-sama. ”Di sejumlah lokasi saat ini sebagian besar petani sedang membudidayakan brokoli, kol dan cabai besar. Hasil panen berlimpah menyebabkan pasokan di pasar banyak, dan diduga menjadi penyebab harga turun,” ucapnya.

Baca Juga :  Menparekrap Sandiaga Uno Dukung Promosi dan Produktivitas UMKM

Fenomena kemarau basah dinamika atmosper bumi menyebabkan terjadi hujan lebat disertai petir ketika memasuki musim kemarau. Hujan lebat disertai petir berlangsung dengan tempo singkat. Kondisi ini ternyata sejumlah petani menahan diri menanam tanaman holtikultura. Mereka khawatir fenomena ini akan merusak tanaman khususnya yang rentan perubahan cuaca.

Berdasarkan pengamatan dilakukan di pusat tanaman holtikultura di Kintamani, sejumlah petani mengaku masih menunggu kondisi lebih kondusif untuk budidaya tanaman holtikultura. ”Kami masih menunggu perkembangan dulu. Mudah-mudahan fenomena ini cepat berlalu, sehingga kami bisa melakukan penanaman secara normal,” ungkap I Ketu Bagia salah seorang petani di Kintamani. (jel)

Shares: