
Ny. Putri Koster: Tingkatkan Peran PKK dalam Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting di Bali
FORUM Keadilan Bali – Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster menjadi narasumber pada Rapat Koordinasi Teknis Kemitraan dan Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Provinsi Bali.
Ketua PKK Provisi Bali Ny. Putri Koster membawakan materi ”Peningkatan Peran PKK dalam Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting di Provinsi Bali” saat menjadi narasumber pada Rakor Percepatan Penurunan Stunting digelar di Negara Room Prime Plaza Hotel Sanur, kamis (16/3).
Ny. Putri Koster menjelaskan visi TP PKK mewujudkan keluarga sehat, cerdas, berdaya guna, berakhlak mulia dan berbudi pakerti luhur. Dalam visi itu, ada unsur sehat erat kaitannya dengan pencegahan stunting. ”Seorang anak dikatakan sehat kalau tidak stunting,” ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa Bunda Putri ini menyinggung peran TP PKK dalam penurunan angka stunting. ”Sesuai filosofi, kami bekerja untuk menggerakkan partisipasi aktif masyarakat,” katanya.
Ditambahkan TP PKK merupakan organisasi dengan struktur kepengurusan paling lengkap hingga lingkup keluarga disebut dasa wisma. Dengan struktur lengkap, TP PKK menggerakkan peran aktif masyarakat, khususnya percepatan penurunan angka stunting. ”Tak semua kader PKK punya ilmu di bidang kesehatan. Tapi paling tidak kami ambil bagian dalam sosialisasi,” ucapnya.
Dia mengungkapkan tak hanya dilakukan langsung melalui kader PKK, sosialisasi dilaksanakan melalui media seperti radio dan televisi. TP PKK Bali punya jadwal keliling ke televisi dan radio. ”Salah satu yang kita sosialisasikan masalah stunting. Ibu tidak turun sendiri, tapi mengajak pakar yang paham di bidang kesehatan,” imbuhnya.
Selain program sosialisasi, lanjut Ny. Putrid Koster, TP PKK Bali juga melaksanakan program aksi sosial menyasar warga kurang mampu di kabupaten/kota. Menurutnya, kegiatan tersebut guna menurunkan angka stunting, karena TP PKK juga menyasar ibu hamil dan balita. ”Kami menyalurkan bantuan beras, telur dan makanan tambahan berupa susu bagi balita, ibu hamil dan lansia,” terangnya.
Dalam aksi sosial, Ny. Putri Koster mengaku pihaknya menyelipkan sosialisasi stunting dengan menggandeng Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Melalui sosialisasi dilakukan secara intensif, ia berharap masyarakat punya pemahaman tentang stunting dan melakukan langkah pencegahan. ”Ingat, yang bertanggung jawab pencegahan stunting bukan hanya ibu, bapak-bapak juga punya tanggung jawab yang sama,” ungkapnya.
Perempuan dikenal memiliki multi talenta di bidang seni ini menekankan pentingnya pencegahan dini pada kasus stunting. Pencegahan stunting bisa dimulai dengan memperhatikan kesehatan reproduksi kelompok remaja putri karena mereka akan menjadi calon ibu. ”Orang tua harus memberi perhatian pada putri mereka, baik pola makan maupun kebiasaan sehari-hari,” ujarnya sembari mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua pada penggunaan gadget yang bisa berdampak negatif pada kesehatan.
Dia menyampaikan pencegahan stunting bisa dilakukan melalui program screening terhadap calon pengantin. Tahap krusial pada masa kehamilan, seorang ibu harus mendapat asupan gizi seimbang untuk menjaga kesehatan calon buah hati mereka. ”Setelah buah hati lahir, orang tua mesti memperhatikan tumbuh kembang anak mereka, khususnya 1.000 hari pertama masa kelahiran. Selain asupan gizi, orang tua harus rajin membawa anaknya ke Posyandu,” paparnya seraya berharap peran aktif seluruh komponen yang bergerak bersama-sama angka stunting di Bali dapat dituntaskan.
Sementara Sekda Dewa Made Indra menyampaikan pentingnya pemetaan data yang akan menjadi pedoman dalam menentukan langkah selanjutnya dalam percepatan penurunan angka stunting. Mengacu data tahun 2022, Bali menyisakan prevalensi stunting 8 persen. Itu artinya dalam dua tahun Bali berhasil menurunkan angka stunting 2,9 persen. ”Tahun 2020, prevalensi stunting Bali tercatat 10,9 persen,” tuturnya.
Kendati penurunannya cukup besar, Dewa Indra mengingatkan sejumlah kabupaten masih menyisakan angka prevalensi stunting di atas 8 persen. Kabupaten tersebut yaitu Jembrana, Tabanan, Buleleng, Bangli dan Karangasem. ”Diantara kabupaten itu, Jembrana paling tinggi,” ucapnya.
Ia mengusulkan agar pertemuan berikutnya membahas penurunan stunting dilaksanakan di kabupaten dengan prevalensi stunting masih di atas 8 persen.
Dewa Indra mengungkapkan penguatan kolaborasi dan sinergi adalah kunci penuntasan angka stunting. Ia yakin apa dicapai selama ini hasil kolaborasi dan sinergi. Diharapkan forum Rakortek difokuskan langkah penguatan kolaborasi dan sinergi seluruh komponen terkait. ”Semua akan sia-sia kalau tak membangun sinergi dan kolaborasi,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BKKBN Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih mengatakan Rakortek untuk meningkatkan dan menyelaraskan kualitas pelaksanakan percepatan penurunan stunting di kabupaten/kota. Selain itu, kegiatan ini guna mengoptimalkan peran mitra kerja, meningkatkan pemahaman percepatan penurunan stunting, menyamakan persepsi dan evaluasi program. Kegiatan melibatkan 99 peserta dari Satgas Stunting, OPD terkait dari Pemprov dan kabupaten/kota, TP PKK, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan lembaga pendidikan.
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso mengapresiasi keberhasilan Bali menurunkan angka stunting. Selama dua tahun terakhir, Bali menjadi daerah dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia.
Melalui sinergi seluruh komponen, Teguh Santoso berharap, Bali bisa segera mewujudkan zero stunting dan dapat menjadi daerah percontohan dalam percepatan penurunan angka stunting.