FORUMKEADILANBali.com – Bulan Bahasa Bali dilaksanakan Februari merupakan wujud perhatian Pemerintah Provinsi Bali melestarikan dan mengutamakan bahasa, aksara, serta sastra Bali. Selain sebagai alat komunikasi, Bahasa Bali memiliki tata krama tinggi dan menjadi sumber etika dalam kehidupan, sehingga warisan leluhur ini harus terus dijaga.
Bulan Bahasa Bali menjadi program utama diinisiasi Pemerintah Provinsi Bali menjadikan bahasa, aksara, dan sastra Bali sebagai hulu kebudayaan Bali. Dari bahasa yang dijiwai agama Hindu lahirlah kesenian, adat istiadat, tata krama, dan berbagai nilai budaya menjadikan Bali sebagai pusat kebudayaan yang adiluhung.
Pj. Gubernur Bali, S.M. Mahendra Jaya berpesan kepada seluruh masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali tidak hanya saat Bulan Bahasa Bali saja. Namun semangat menggunakan bahasa, aksara, dan sastra Bali dilakukan setiap hari, baik di lingkungan keluarga, di tempat kerja, di sekolah, terlebih pada acara-acara bernuansa adat Bali. ”Jika bisa setiap hari membaca aksara Bali, maka semakin banyak mampu mempelajari pustaka-pustaka lontar dan sumber sastra lainnya. Dari pustaka dan sumber sastra tersebut kita akan mampu menerangi jalan kita dalam mengarungi kehidupan ini,” pintanya.
Pj. Gubernur Mahendra Jaya menyampaikan Bulan Bahasa Bali VII tahun 2025 mengangkat tema “Jagat Kerthi-Jagra Hita Samasta”, memiliki makna bahwa Bulan Bahasa Bali merupakan altar pemulian bahasa, aksara, dan sastra Bali, sebagai sumber kesadaran menuju semesta raya. Bulan Bahasa Bali VII salah satu sarana mengembangkan isi dari Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018, tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Pj. Gubernur Mehendra Jaya menjelaskan Bulan Bahasa Bali tahun 2025 dirangkai berbagai inovasi untuk dapat mengikuti perkembangan jaman, yakni menggunakan konsep ekosistem Kerangka Statistik Budaya (KSB) dikeluarkan UNESCO tahun 2019.
Dia berharap Bulan Bahasa Bali mampu masuk dan dilaksanakan di seluruh ruang aktivitas masyarakat Bali, seperti di desa adat, desa dinas, lembaga pendidikan dari PAUD sampai perguruan tinggi termasuk lembaga swasta, perbankan, dan lain sebagainya. ’’Jadikanlah Bulan Bahasa Bali sebagai sarana membumikan bahasa Bali agar merasuk dalam sanubari masyarakat Bali, sehingga dapat menjadi pedoman dalam kehidupan,” harapnya.
Lebih lanjut pj. Gunernur Mhendra Jaya mengemuakan Bulan Bahasa Bali dapat digunakan sarana menuntun masyarakat Bali menjalankan kewajiban, kebenaran, kebijaksanaan dan cinta kasih dalam kehidupan. Sehingga wajib dilestarikan bahasa, aksara, dan sastra Bali untuk menuju alam, masyarakat, serta budaya Bali yang sejahtera, damai dan tentram. ’’Nilai-nilai yang dilahirkan dari kegiatan Bulan Bahasa Bali kami harapkan dapat menyentuh hati seluruh masyarakat Bali, agar tidak ada ketakutan dalam menghadapi perkembangan dunia,’’ ucapnya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. I Gede Arya Sugiartha menyampaikan Bulan Bahasa Bali VII 2025 akan diselenggarakan dari tanggal 1-28 Februari diisi sejumlah kegiatan berupa widyatula (seminar) terkait penggunaan font aksara Bali di beberapa platform media.
Prof. arya Sugiartha menuturkan Bali sudah mampu masuk dan bersaing di dunia digital. Selain itu, terdapat wimbakara (lomba) diikuti peserta datang dari setiap kabupaten/kota dan masyarakat umum dalam 12 lomba. Ada krialoka (workshop) menggunakan bahasa, aksara dan sastra Bali, reka aksara (pameran) Dharmakriya mencirikan transformasi bahasa, aksara dan sastra Bali dalam teknologi dan industri kreatif. Terdapat juga pagelaran panggung apresiasi sastra Bali, konservasi lontar dan penganugerahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama.
Arya Sugiartha menjelaskan aksara Bali saat ini sudah diterapkan sebagai “Nama Domain Tingkat Dua”, yang menunjukkan bahwa Aksara Bali sudah digunakan dalam alamat website. Selain itu, aksara Bali juga menjadi aksara pertama di nusantara mampu masuk dan diterapkan sebagai Nama Domain Tingkat Dua. (fkb)