Petani Jeruk Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida

Petani Jeruk Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida
📷: CARI ALTERNATIF - Para petani didorong mencari alternatif pestisida ramah lingkungan memprioritaskan penggunaan biopestisida penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk.

Petani Jeruk Diminta Prioritaskan Penggunaan Biopestisida

FORUMKEADILANBali.com – Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan, mendorong para petani mencari alternatif pestisida lebih ramah lingkungan. Mengingat para petani jeruk di Bali khususnya diminta lebih memprioritaskan penggunaan biopestisida penanggulangan hama dan penyakit pada tanaman jeruk.

Hal ini disampaikan Dr. Ir. Ni Putu Anom Sulistiawati, M.Si., akademisi dari Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (Unwar) disela-sela sosialisasi dan pelatihan serangkaian program pengabdian kepada Masyarakat (PKM), Kamis (25/7).

Menurut Anom Sulistiawati penggunaan biopestisida memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan pestisida kimia sintetis. Biopestisida terbuat dari bahan alami seperti bakteri, jamur, atau ekstrak tumbuhan. Penggunaan biopestisida tidak hanya efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit, tetapi lebih aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. ”Penggunaan bahan alami seperti daun jeruk nipis, menjadi salah satu usaha penyediaan pestisida organik atau alami sebagai bahan pemeliharaan tanam jeruk,” kata Anom Sulistiawati yang juga Ketua Tim PKM.

Anom Sulistiawati menyatakan bahan alami dari tumbuhan atau pestisida alami merupakan cara alternatif aman digunakan. Karena terbuat dari bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga  tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya aman.

Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati (biopestisida), lanjut Anom  Sulistiawati, bermacam-macam diantaranya tumbuhan selasih, sirih, pepaya dan daun jeruk nipis. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan termasuk kedalam 255 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Salah satunya jeruk nipis (citrus aurantiifolia) mengandung bahan beracun disebut limonoida merupakan senyawa dengan golongan terpenoid yang berfungsi sebagai larvasida.

Baca Juga :  Kabupaten Badung Raih Penghargaan Wahana Tata Nugraha 2024

Dia menjeaskan jeruk nipis merupakan nama lain lime, limau, jeruk asam banyak digunakan masyarakat sebagai penyedap masakan, obat-obatan, kecantikan dan sebagai pestisida organik. Daun jeruk nipis mengeluarkan aroma yang harum. Dalam setiap helai daun jeruk niis mengandung ekstrak aroma yang terdiri berbagai jenis minyak esensial. Beberapa jenis aroma yang khas tersebut antara lain aroma citrus dan sitronelal. Selain itu, setiap daun jeruk nipis mengandung beberapa beberapa senyawa aktif seperti flavonoid, luteolin, limonene, dan masih banyak yang lain.

 

Anom Sulistiawati mengungkapkan penggunaan biopestisida secara berkelanjutan dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. ”Mengurangi penggunaan pestisida kimia, kita dapat melestarikan populasi serangga bermanfaat seperti lebah berperan penting dalam proses penyerbukan,” tambahnya.

Meskipun memiliki banyak manfaat, katanya, penggunaan biopestisida masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti ketersediaan yang terbatas, harga relatif mahal, dan efektivitas terkadang belum seoptimal pestisida kimia.

Anom Sulistiawati berharap semakin banyaknya petani beralih menggunakan biopestisida, kualitas dan kuantitas produksi jeruk di Bali dapat terus meningkat. Selain itu, penggunaan biopestisida juga dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Shares: