• Potensi Wisata Baru di Bali Utara

    FORUM Keadilan Bali – Wacana tempat wisata baru mulai dicanangkan Pemerintah Desa Sawan, Kabupaten Buleleng, menyusul menjelang rampungnya Bendungan Tamblang yang dikerjakan sejak 2018 silam.  Perbekel Desa Sawan, Nyoman Wira menjelaskan, pembangunan bendungan ini terkait dengan visi desa “Menuju Sawan Era Baru” yang merupakan titik awal kebangkitan desa ini agar lebih maju.

    Selain itu, masyarakat yang terletak di belahan Bali Utara ini dapat memperoleh mata pencaharian baru sekaligus menambah Pendapatan Asli Desa (PAD), di samping fungsi utama bendungan ini sebagai pengairan untuk sektor pertanian di wilayah sekitar bendungan dan di bawah bendungan.

    Wira menjelaskan, awalnya melalui kerja sama dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida, melalukan beberapa kajian studi mulai dengan pertimbangan beberapa indikator meliputi pengukuran kekuatan tanahnya, tekstur tanahnya, dan bebatuannya.

    Dari proses tersebut desa yang menjadi tempat penelitian sebelumnya seperti Tamblang, Bontihing, Bebetin dinilai tak memenuhi persyaratan yang ditentukan karena berbagai pertimbangan seperti aspek lingkungan mengenai dampak yang akan ditimbulkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui proses yang panjang, desa yang memenuhi syarat hanya dua desa saja yaitu desa Bila dan desa Sawan dengan persentase lahan yang digunakan 30 % desa lahan pertanian dan tebing di desa Bila, 70 %  lahan pertanian, dan tebing di Desa Sawan.

    Atas hal itu, Desa Sawan mempersiapkan segala aspek pendukung dengan mengadakan kerja sama pengelolaan dengan pihak BWS yang nantinya daerah tersebut sebagai pengembangan wisata desa. Mulai dari pembangunan infrastruktur, serta peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan.

    “Sejak tahun 2021 sudah dirancang penyiapan desa yang berkaitan dengan pembangunan Bendungan Tamblang. dari segi pembangunan fisik penyiapan desa itu dengan melengkapi sarana prasarana, perbaikan jaringan drainase yang secara langsung bersentuhan dengan Bendungan Tamblang,” ucapnya.

    Selain itu, pada aspek pembangunan non – fisik seandainya nanti bendungan ini sudah diresmikan menjadi tempat tujuan wisata, dirinya mengatakan sudah mempersiapkan dalam hal SDM melalui pelatihan komunikasi bahasa asing, pelatihan memberikan service/pelayanan kepada pengunjung. Serta mengajak potensi lain yang dimiliki desa ini seperti kerajinan pande besi dan pande gong yang akan diberdayakan pada tempat wisata ini agar mendapatkan timbal balik dengan adanya bendungan ini.  

    “Pengerajin ini nantinya menyediakan souvernir dan produk inovatif lainnya yang akan difasilitasi berupa stand di objek wisata bendungan,” tegasnya.

    Wira mengutarakan rasa kebanggaannya karena melalui koordinasi dari Pemerintah Desa akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak BWS, yang dimana di dekat Bendungan nantinya akan disiapkan balai serba guna sebagai tempat pementasan seni termasuk kegiatan seni desa. 

    “Nah, untuk pendirian kios sementara ini belum ada perencanaan namun nanti akan dikaji lagi lebih lanjut karena jika itu memang bisa terealisasi, kita dapat mendukung perekonomian masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan asli desa,” pungkas Wira.

    Konstruksi Bendungan Tamblang memiliki luas genangan 358.585 meter persegi, dengan tinggi bendungan mencapai 68 meter. Bendungan Tamblang diperkirakan mampu menampung air hingga 7 juta meter kubik, yang bersumber dari Tukad Daya di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan.

    Apabila bendungan tuntas dibangun, diprediksi bisa menyuplai air bersih dengan kapasitas 510 liter per detik. Kapasitas air bersih itu lebih besar dibandingkan dengan Bendungan Titab. Dengan kapasitas sebesar itu, para petani di wilayah Kecamatan Sawan dan Kecamatan Kubutambahan tidak akan kesulitan mendapatkan air bersih.  Bendungan Tamblang merupakan satu-satunya bendungan di Bali, bahkan di Indonesia yang menggunakan inti aspal. Penggunaan inti aspal ini dimaksudkan agar inti bendungan kedap air.