Sidang Paripurna DPRD Bali, Gubernur Koster Tegaskan Pesan Leluhur Sebagai Panduan Pembangunan Bali

Sidang Paripurna DPRD Bali, Gubernur Koster Tegaskan Pesan Leluhur Sebagai Panduan Pembangunan Bali
📷: SIDANG PARIPURNA - Gubernur Bali Wayan Koster bersama Wakil Gubernur Nyoman Giri Prasta dan Ktua DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya menghadiri Rapat Paripurna DPRD Bali, di Gedung PRD Bali, Selasa (4/3/2025).

Sidang Paripurna DPRD Bali, Gubernur Koster Tegaskan Pesan Leluhur Sebagai Panduan Pembangunan Bali

DENPASAR, FORUMKEADILANBli.com – Gubernur Bali Wayan Koster menegaskan pembangunan Bali lima tahun ke depan berlandaskan pada pesan luhur warisan nenek moyang mengajarkan keseimbangan antara alam, manusia, dan budaya.

Hal ini disampaikan Gubernur Koster dalam Rapat Paripurna DPRD Bali, Selasa (4/3/2025) dalam pidato perdananya setelah dilantik kembali sebagai Gubernur Bali bersama Wakil Gubernur I Nyoman Giri Prasta.

Dalam pidato disampaikan dihadapan jajaran pejabat daerah, aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan anggota legislatif, Koster menekankan keberhasilan Pilkada 2024 bukti kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinannya yang berorientasi pada pembangunan berbasis kearifan lokal. “Keberhasilan ini merupakan anugerah luar biasa dari Hyang Widhi Wasa, Ida Bhatara Sasuhunan, Ida Dalem Raja-raja Bali, Guru-guru suci, Lelangit, dan Leluhur Bali. Karena itu, pembangunan Bali tidak boleh keluar dari koridor wejangan leluhur yang telah diwariskan kepada kita,” tegas Koster.

Koster menggarisbawahi filosofi Sad Kerthi sebagai fondasi pembangunan Bali mencakup penyucian dan pemuliaan enam elemen utama kehidupan, yakni Atma Kerthi (jiwa), Segara Kerthi (laut), Danu Kerthi (air), Wana Kerthi (hutan), Jana Kerthi (manusia), dan Jagat Kerthi (alam semesta).

Koster mengutip bhisama Lontar Batur Kelawasan berisi peringatan leluhur tentang pentingnya menjaga kelestarian gunung, laut, dan keseimbangan alam. Jika prinsip ini diabaikan, Bali akan menghadapi ancaman serius seperti kerusakan lingkungan, degradasi budaya, dan ketimpangan ekonomi yang semakin tajam. “Jangan sekali-kali kita hidup dengan merusak alam. Jika tidak mematuhi, kita akan terkena kutukan. Pangan dan air langka, umur pendek, penyakit merajalela, dan perpecahan di antara sesama,” katanya mengutip lontar tersebut.

Baca Juga :  Imigrasi Ngurah Rai Raih Penghargaan Terbaik Pertama Pengelola Pemberitaan Dalam AHII 2023

Koster menyoroti berbagai tantangan yang harus segera ditangani, seperti alih fungsi lahan semakin tinggi, ancaman ketersediaan air bersih, meningkatnya kasus narkoba dan prostitusi, serta praktik pembelian aset menggunakan nama warga lokal oleh pihak asing. “Bali harus kita jaga agar tetap menjadi Padma Bhuwana, pusat spiritual dunia, bukan sekadar destinasi wisata yang dieksploitasi,” ujarnya.

Koster memaparkan ekonomi Bali tumbuh sebesar 5,48% tahun 2024, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional 5,03%. Pariwisata masih menjadi penyumbang terbesar, dengan 6,4 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Bali sepanjang tahun lalu, memberikan kontribusi Rp107 triliun terhadap devisa nasional.

Ia mengingatkan ketergantungan berlebihan pada pariwisata adalah risiko besar bagi stabilitas ekonomi Bali. Koster menegaskan perlunya transformasi ekonomi lebih seimbang dengan memperkuat sektor pertanian, industri kreatif, dan ekonomi berbasis digital. “Kita harus memastikan keseimbangan antara sektor pariwisata dan sektor non pariwisata, agar Bali tidak terjebak dalam ketergantungan yang rapuh,” ucapnya.

Koster menyoroti ketimpangan antara wilayah Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) dengan luar Sarbagita, di mana 86% Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Mengatasi hal ini, Koster berkomitmen mendorong pembangunan merata di seluruh Bali.

Sebagai landasan kebijakan 2025-2030, Koster menegaskan bahwa pembangunan Bali akan dijalankan dengan prinsip Trisakti Bung Karno. Mengurangi ketergantungan pada pariwisata dengan memperkuat sektor produktif lainnya. Selain itu, memastikan regulasi melindungi kepentingan rakyat Bali, termasuk kebijakan pembatasan kepemilikan properti oleh pihak asing. Begitu juga, menjaga keaslian budaya Bali dari ancaman komersialisasi yang berlebihan. “Pembangunan Bali harus sesuai jati diri kita. Kita tidak boleh kehilangan identitas karena godaan investasi yang hanya mengeksploitasi tanpa memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ungkapnya.

Baca Juga :  Sukses Terapkan Sistem Merit Dalam Manajemen ASN, Pemkot Denpasar Raih Anugerah Meritokrasi

Menutup pidatonya, Koster mengajak seluruh elemen masyarakat Bali bersatu menjaga keharmonisan dan menjalankan pembangunan dengan spirit gotong royong sesuai ajaran leluhur. “Bali bukan hanya tanah tempat kita tinggal, tetapi warisan suci harus kita jaga. Mari kita bangun Bali dengan hati, dengan kearifan, dan dengan kesetiaan pada pesan para leluhur,” tutupnya. (fkb)

Shares: