
: (Foto : fkb/jelantik)
Teba Modern SMKN 1 Bangli Ubah Sampah Jadi Berkah
BANGLI, FORUMKEADILANBali.com – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Bangli memiliki cara jitu mengubah sampah menjadi berkah. Program dikemas melalui pembuatan biopori selain mampu mengatasi tumpukan sampah sering mengganggu pemandangan dan Kesehatan, ternyata memberikan manfaat baik ekonomis bagi warga sekolah.
Luas lahan mencapai 1 hektar, sebelumnya sampah menjadi permasalahan di sekolah ini. Namun melalui inovasi digagas kepala sekolah dan seluruh warga sekolah permasalahan tersebut kini bisa diatasi. Sekolah tidak lagi dipusingkan dengan anggaran pembelian pupuk untuk memelihara tanaman di sekitar sekolah. Sekolah cukup menggunakan kompos yang dihasilkan program Teba modern. Bahkan jauh lebih efektif, namun menjadi pengganti pupuk kimia dalam jangka panjang justru berdampak negatif terhadap lingkungan. ”Banyak manfaat dari program teba modern dengan menggunakan biopori ini,” kata Kepala SMKN 1 Bangli I Nyoman Susila, S.Pd., M.Pd., Rabu (21/5/2025).
Susila menjelaskan, program Teba Modern dikembangkan di sekolah yang dipimpinnya untuk menerapkan prinsip pengelolaan sampah berbasis sumber, menjadikan sekolah sebagai tempat edukasi dan praktik ramah lingkungan. Disamping meningkatkan kesadaran warga sekolah serta menggunakan biopori sebagai solusi pengolahan sampah organik. ”Kami berharap program Teba Modern berfunsgi sebagai labolatorium alam mini dapat difungsikan sebagai tempat pengolahan sampah organik, tempat praktik siswa serta edukasi ekologis,” ujarnya seraya menambahkan, program dirintis sejak tiga tahun silam tersebut mendapat dukungan dari seluruh warga sekolah termasuk ekosistem pendidikan mulai dari orang tua, komite hingga para guru.
Susila mengakui jika program Teba Modern yang digagas tersebut merupakan implementasi dari adanya regulasi yang ditebirkan Pemerintah Propinsi Bali yakni Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 09 Tahun 2025 Tentang Gerakan Bali Bersih Sampah serta Surat Edaran Sekretaris Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2025 Tentang Implementasi Peraturan Gubernur Bali Nomor 97 Tahun 2018 Tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. ”Jadi program yang kami laksanakan ini merupakan tindaklanjut dari kebijakan diambil Pemprov Bali,” ucapnya.
Susila yang juga mantan Guru SMAN 1 Tembuku ini tidak menapik jika di awal pembuatan biopori di SMKN 1 Bangli hanya diperuntukan mengatasi banjir atau genangan air sering terjadi pada musim hujan. ”Tahun pertama pembuatan biopori saya fokuskan di halaman depan, tempat parkir saat musim hujan airnya menggenang, belum kepikiran dijadikan sebagai pengolahan sampah organik,” paparnya.
Susila mengungkpkan pihaknya dihadapkan dengan sampah sering tidak bisa ditangani dengan maksimal, dan muncul ide menambah kapasitas biopori tersebut sehingga bisa berfungsi ganda. Sebagai sumur resapan sekaligus lobang pengolahan sampah organik.
Hingga saat ini, kata Susila, di SMKN 1 Bangli terdapat 20 lobang biopori. Namun tidak semuanya digunakan sebagai tempat pengolahan sampah organik. Dua biopori yang tetap dikhususkan menjadi sumur resapan untuk mengatasi genangan air di musim hujan. ”Kami memiliki 18 lobang biopori berfungsi ganda. Sebagai sumur resapan sekaligus tempat mengolah sampah organik. Lokasinya menyebar di sejumlah titik seputaran halaman sekolah kami nilai memudahkan pengisian sampah organik sekaligus melakukan pengolahan,” ungkap Susila yang juga Plt. Kepala SMKN 1 Susut ini.
Susila mengaku membuat sebuah biopori bisa berfungsi ganda dibutuhkan anggaran tidak lebih dari Rp1,2 juta. Di SMKN 1 Bangli, pembuatan biopori dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran. Ia menilai jumlah biopori sudah cukup memadai. ”Kami tinggal memanfaatkan biopori sudah ada dengan maksimal dan optimal sehingga memberikan dampak lebih besar,” imbunya.
Pembuatan biopori, menurut Susila, relatif mudah. Langkah diambil yakni menentukan lokasi strategis, kemudian membuat lobang vertical dengan kedalaman 1,6-2,4 meter dan masukan buis, masukan sampah organik sudah dicacah kecil-kecil, untuk mempercepat proses masukan ekoenzym ke dalam biopori. Selanjutnya tutup lobang saat sedang tidak dipakai, serta dalam kurun waktu 4 bulan sudah bisa dipanen. ”Bagi kami di SMKN 1 Bangli Teba Modern dengan menggunakan biopori salah satu implementasi dari Pengolahan Sampah Berbasis Sumber,” pungkasnya. (jel)