FORUM Keadilan Bali – Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati ngaturang ayah nopeng (menarikan topeng) Sidakarya di Pura Mandara Giri Semeru Agung Senduro, Lumajang, Jawa Timur, serangkaian puncak karya pujawali yang jatuh, PUrnama Kasa, Buda Kliwon Wuku Pahang, Rabu (13/7).
Menurut Wagub yang akrab disapa Cok Ace ini, Tarian Topeng Dalem Sidakarya adalah tarian sakral wajib ditarikan setiap upacara. Bahkan dari asal usul, Topeng Dalem Sidakarya datangnya dari Jawa Timur, dalam hal ini Lumajang. Selain itu, sebagian besar masyarakat Hindu Bali berasal dari Jawa Timur, khususnya kawasan Gunung Semeru. ”Ini menunjukkan betapa eratnya persaudaraan kita (Bali dan Jawa Timur, red). Diharapkan integrasi dan kebersamaan umat Hindu di Bali dan Jawa Timur terus terbangun. ”Kami upayakan dapat tangkil dan ngaturang ayah setiap satu tahun sekali, secara bergilir per-kabupaten,” kata Wagub Cok Ace.
Wagub Cok Ace menjelaskan, Topeng Dalem Sidakarya memiliki makna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Topeng Sidakarya menjadi lambang bahwa pekerjaan atau karya yang digelar sudah selesai dengan baik. Tari topeng ditampilkan sebagai tari persembahan (wewalen) sebelum acara pemujaan bersama dipimpin sulinggih bertujuan agar upacara yang berlangsung dapat terselenggara dengan baik dan selamat serta terhindar dari segala bahaya.
Wagub Cok Ace mengungkapkan, pada akhir tari ini secara simbolis penari menghamburkan uang kepeng dan beras kuning (sekarura) sebagai lambang pemberian berkat kesempurnaan dan kemakmuran kepada alam semesta dan seisinya. ’’Selain Topeng Dalem Sidakarya, rentetan karya juga lengkap mempersembahkan wewalian berupa Wayang Kulit, Rejang Dewa, Rejang Renteng, Tari Baris dan Tari Legong Kejawen,’’ terangnya.

Puncak karya dipuput tiga sulinggih yakni Ida Pedanda Baturiti, Ida Pedanda Wanayoga dan Ida Pedanda Selat Duda. Hadir juga Wakil Bupati Karangasem, Romo Mangku Pura Medang Kamulan Gresik, Kapolres Lumajang, Camat Lumajang.
Untuk melengkapi persembahan, rangkaian karya pujawali juga dilengkapi Caru Manca Kelud atau yang disebut sebagai Caru Panca Rupa digunakan saat upacara ”Ngelinggihang” (meletakan) Dewa ring Parahyangan Agung dan Alit, upacara pamungkah, pakiyisan agung/alit, mapadudusan agung/alit/madya.
Pujawali Ida Betara akan nyejer hingga 24 Juli 2022 dan dalam kurun waktu ini setiap hari dilaksanakan prosesi nganyarin. Umat Hindu yang ingin nangkil dan melaksanakan persembahyangan bisa memanfaatkan waktu tersebut.