
Warung Kopi Laklak Pengangon, Menikmati Laklak dan Kopi Harga Murah di Tengah Sawah Desa Bakas
FORUM Keadilan Bali – Di pinggir jalan raya Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung ada sebuah warung sederhana di persawahan bernama Warung Laklak Pengangon. Bangunannya terbuat dari bambu dengan atap ilalang berada di pinggir jalan. Bahkan di tengah persawahan juga ada satu bangunan untuk pengunjung juga terbuat dari bambu dan atap ilalang.
Warung Kopi Laklak Pengangon dengan menu khas laklak dan juga aneka racikan kopi yang unik tidak kalah denga kopi yang disajikan di hotel berbintang 5.
Pemilik Warung Laklak Pengangon, Wayan Malendra mengungkapkan konsep warung ini adalah tempat rehat bagi petani sehabis beraktivitas di sawah. Sehingga menggunakan nama pangangon, karena di sana petani bisa menikmati kopi dan juga jajan khas Bali yakni laklak. Namun, kopi yang disajikan bukanlah kopi biasa, melainkan kopi khas cafe, akan tetapi harga sangat terjangkau. ”Saya ingin masyarakat bekerja di sawah sebagai petani juga bisa menikmati kopi dengan kualitas tinggi, namun harga terjangkau,” kata Malendra yang juga berprofesi sebagai guide ini saat diwawancarai, Senin (11/4).

Malendra menjelaskan menu kopi yang dijual atau dihidangkan lebih dari yang ada di cafe dan mengangkat potensi Desa Bakas. Misalkan, ada Kopi Sereh, yang menggunakan campuran kopi arabika dan robusta kemudian diisi sereh, atau jahe. Ada es kopi pandan sugih, es kopi pandan jahe, es kopi pandan sereh, hingga es susu pandan. ”Saya memang menamai kopi ini dengan filosofinya masing-masing. Misal, ada kopi gairah, yang rasanya keras dan mengajak kita untuk berpikir, bergarirah. Ada kopi sabar, dimana pembuatannya harus sabar, setetes demi setetes untuk mengajarkan kesabaran bagi pecinta kopi. Ada juga kopi lembut yang mengutamakan kelembutan dan diisi susu,” terangnya.
Malendra menyampaikan harga kopi Warung Laklak Pengangon sangat terjangkau mulai dari Rp5.000 hingga Rp 10.000. Sementara harga laklak satu bungkus Rp5.000, pisang rai Rp5.000, jaje injin Rp5.000, hingga nasi sela Rp10.000.

Dia mengaku Warung Laklak Pengangon ini mulai dirintis tahun 2017 lalu dan bagi Wayan Malendra adalah berkah Gunung Agung. ”Ini adalah warung untuk survive dimulai dengan laklak, karena saya memang sudah dari kecil bergelut dalam dunia perlaklakan. Kemudian saat pandemi Covid-9 mulai saya kembangkan setelah saya ikut pelatihan barista,” ucapnya.
Dengan cara ini, Malndra memaparkan dirinya ingin membangkitkan ekonomi dan pertanian yang ada di Desa Bakas, Banjarang, Klungkung. ”Saya coba eksplore apa yang ada di desa, seperti sereh, pandan, jahe yang memang hasil pertanian di sini,” papar Malendra sembari menambahkan Warung Laklak Pengangon buka setiap hari mulai pukul 09.00 – 22.00 Wita.