FORUM Keadilan Bali – Kasus aktif Covid-19 DKI Jakarta kembali tinggi, per Sabtu (25/6) ada 8.000 pasien Covid-19 masih menjalani perawatan. Sementara kasus baru di ibu kota per periode yang sama tercatat bertambah 1.045 kasus. Sementara Bali menempati peringkat empat besar terpapar postif Covid-19
Total keseluruhan kasus aktif Covid-19 secara nasional sebanyak 13.968 orang, naik 754 dari hari sebelumnya, Jumat (24/6). Peningkatan signifikan tercatat dari beberapa pekan terakhir, data Satgas Covid-19 menunjukkan kenaikan kasus mingguan bahkan mencapai 105 persen.
Selain DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten menjadi provinsi penyumbang kasus harian Covid-19 terbanyak yakni 325 dan 233 kasus, Sabtu (25/6). Sementara 10 provinsi terbesar penyumbang kasus aktif Covid-19 atau pasien yang dirawat maupun diisolasi meliputi: DKI Jakarta 8.160 kasus, Jawa Barat 2.502 kasus, Banten 1.475 kasus, Bali 453 kasus, Jateng 289 kasus, Jatim 260 kasus, DI Yogyakarta 167 kasus, Sumut 55 kasus, Sumatera Selatan 50 kasus, Papua 50 kasus.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia meminta masyarakat mewaspadai peningkatan pasien yang dirawat maupun masih diisolasi. ”Kami mengimbau masyarakat agar mewaspadai penularan varian Omicron. Upaya 3T terus digalakkan, selain vaksinasi Covid-19 yang juga masih berlangsung dengan cakupan yang lebih luas,” katanya.
Perkembangan kasus Covid-19 selama sepekan terakhir adalah Sabtu (25/6) bertambah 1.045 kasus, Jumat (24/6) bertambah 1.226 kasus, Kamis (23/6) bertambah 1.045 kasus, Rabu (22/6) bertambah 1.226 kasus, Selasa (21/6) bertambah 953 kasus, Senin (20/6) bertambah 701 kasus, Minggu (19/6) bertambah 735 kasus.
Kemenkes minta RS waspada karena gejala Omicron BA.4-BA.5 cukup tinggi. Data terbaru WHO, hanya tersisa Omicron jadi varian Mengkhawatirkan. Epidemiolog waswas BA.4 dan BA.5 karena sama parahnya dengan varian Delta.
Infeksi virus Corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 masih menghantui masyarakat dunia. Status pandemi pun juga belum dicabut, menandakan bahwa siapa saja harus tetap waspada karena virus tersebut bisa menyebabkan kematian.
Seperti diketahui, virus Corona terus bermutasi agar bisa bertahan hidup. Bahkan, beberapa mutasinya mendapatkan perhatian tersendiri karena menimbulkan tingkat infeksi yang tinggi. Atas kemunculan berbagai mutasi Corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasinya menjadi variant of interest (VOI) dan variant of concern (VOC).
Dikutip dari laman resmi WHO, sebuah mutasi dapat dikategorikan sebagai VOC jika mutasi menimbulkan peningkatan atau perubahan yang merugikan dalam sisi epidemiolog Covid-19
Terjadi peningkatan keparahan penyakit menimbulkan penurunan efektivitas vaksin, alat diagnostik, hingga tindakan kesehatan dan sosial lainnya.
Data terbaru WHO, saat ini hanya tersisa satu varian yang masuk dalam kategori VOC atau varian yang mengkhawatirkan yakni varian Omicron. Varian ini merupakan pango lineage B.1.1.529. Termasuk di antaranya, subvarian Omicron BA.1, BA.2, BA.3, BA.4, BA.5 dan garis keturunan lainnya yang muncul dengan karakteristik serupa, seperti varian XE. “WHO menekankan bahwa garis keturunan ini harus dipantau sebagai garis keturunan yang berbeda dan dilakukan penilaian komparatif dari karakteristik virus oleh otoritas kesehatan masyarakat,” tulis keterangan resmi WHO, dikutip Sabtu (25/6).
Varian Omicron menjadi yang dominan saat ini, membuat WHO menambahkan kategori baru dalam sistem pelacakan varian yang disebut garis keturunan VOC dalam pemantauan atau VOC lineages under monitoring (VOC-LUM).
Penambahan kategori ini untuk memberikan sinyal kepada kesehatan masyarakat global bahwa, keturunan VOC memerlukan prioritas perhatian dan pemantauan.