FORUM Keadilan Bali – Aksi sosial Ketua TP PKK Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Kostes ”Menyapa dan Berbagi” menyasar 400 orang warga kuran mampu di Kabupaten Jembrana, Sabtu (4/3).
Ketua TP PKK Ny. Putri Koster secara marathon menyambangi empat desa yang berada di Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan. Di Kecamatan Mendoyo, kegiatan dilaksanakan di dua desa, yaitu Desa Dlod Brawah dan Yeh Sumbul. Sedangkan di Kecamatan Pekutatan, rombongan TP PKK Bali menyapa masyarakat Desa Asahduren dan Desa Pekutatan. Sehari sebelumnya, Ny. Putri Koster telah menyapa dan berbagi dengan warga kurang mampu di Desa Ekasari, Desa Nusasari, Desa Adat Baluk dan Desa Pengambengan. Setiap desa yang dikunjungi, Ny.Putri Koster menyapa dan berbagi dengan 50 warga kurang mampu, sehingga aksi sosial selama dua hari telah menjangkau 400 warga.
Bersinergi dengan berbagai komponen, aksi sosial menyasar kelompok masyarakat terbawah yang memerlukan uluran tangan. Setiap lokasi, Ketua TP PKK Bali menyerahkan bantuan kepada 50 warga kurang mampu, terdiri dari lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, kader PKK dan balita. Masing-masing menerima 20 kg beras dan 1 krat telur. Khusus untuk balita, lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas dan kader PKK mendapat tambahan susu jumlah bervariasi dan jenis disesuaikan kebutuhan. Balita dan lansia memperoleh masing-masing 8 kotak susu. Sedangkan ibu hamil, penyandang disabilitas dan kader PKK mendapat bantuan 2 kotak susu. Selain itu, di tiap lokasi kegiatan aksi sosial, diserahkan bantuan bibit tanaman produktif dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bali, bantuan bibit ayam beserta pakan dan bibit sayur mayur dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali.
Ny. Putri Koster menyampaikan rasa gembira karena dua hari kunjungan di Jembrana dapat bertatap muka langsung dengan masyarakat. Aksi sosial di Jembrana menyasar delapan desa. ”Setiap desa, kita kumpulkan 50 warga kurang mampu terdiri dari lansia, ibu hamil, balita, penyandang disabilitas dan kader PKK, jadi ibu sudah bertemu dengan 400 warga,” ujarnya.
Perempuan yang akrab disapa Bunda Putri ini membawa ”gagapan’’ berupa kebutuhan pokok dan makanan tambahan. Kendati jumlahnya tak banyak. Ia berharap bantuan ini mampu memenuhi kebutuhan warga kurang mampu dalam beberapa waktu ke depan.
Kunjungan hari kedua ke empat desa, pendamping orang nomor satu di Bali ini memberi penekanan pada edukasi pencegahan stunting, kewaspadaan terhadap penyebaran rabies, pentingnya merawat kesehatan mata dan pelestarian hutan. Lebih optimal, Ny. Putri Koster mempercayakan pemberian edukasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Nyoman Gede Anom, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada, Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Provinsi Bali I Made Teja, Direktur RS Mata Bali Mandara Provinsi Bali dr. Ni Made Yuniti serta, Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali Luh Putu Sukarini.
Bunda Putri menyinggung pentingnya upaya penuntasan angka stunting. Kendati angka stunting di Bali tidak begitu banyak, namun persoalan ini tetap harus mendapatkan atensi agar bisa tuntas secepat mungkin. Dijelaskan, stunting mesti mendapat perhatian serius karena mengancam keberlangsungan generasi penerus bangsa. Ia meminta kader posyandu proaktif terhadap potensi stunting di lingkungan masing-masing dan sesegera mungkin berkoordinasi serta melakukan upaya pencegahan dengan menggandeng stakeholder terkait.
Selain isu stunting, perempuan yang dikenal memiliki multi talenta ini menaruh perhatian terhadap pelestarian hutan. Menurutnya, keberadaan hutan harus dilestarikan agar pengalaman pahit banjir bandang yang melanda kawasan Jembrana di penghujung tahun 2022 lalu tak kembali terulang. ”Hutan di Jembrana sangat luas, mesti dijaga kelestarian dan keamanannya karena selain berfungsi mencegah banjir. Karena hutan paru-paru bumi dan sumber kehidupan. Adanya hutan, dapat menikmati oksigen yang tidak terkontaminasi oleh udara yang tercemar dan polusi dari kendaraan bermotor. ”Semoga di Bali khususnya Jembrana kita masih bisa melihat langit yang biru dengan mega putih yang menandakan udara belum tercemar,” ungkapnya.
Terkait pelestarian lingkungan, Ny. Putri Koster sangat terkesan dengan wilayah Desa Asahduren dan sekitarnya masih asri. Tempatnya sangat bersih, barangkali bapak kepala desa sudah punya sistem pengelolaan sampah berbasis sumber seperti arahan Bapak Gubernur. ”Kami mengimbau warga Asahduren selalu menjaga kelestarian lingkungan agar tetap rindang dan lestari,’’ pintanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Nyoman Gede Anom menerangkan stunting kondisi gagal tumbuh kembang yang terjadi pada masa 1000 hari masa awal kehidupan manusia. Faktor penyebabnya adalah kekurangan gizi kronik, baik sesudah bayi lahir atau saat masih dalam kandungan. Pencegahnya harus dilakukan sejak masa persiapan kehamilan hingga melahirkan dan pemberian asupan gizi memadai ketika bayi telah lahir. ”Intervensi terhadap remaja merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan stunting,” katanya.
Selain stunting, Kadiskes minta masyarakat Bali mewaspadai tiga penyakit saat ini menjadi ancaman serius yaitu rabies, demam berdarah dan diare. Masih dalam paparannya, ia secara khusus menyampaikan tata laksana penanganan gigitan anjing. Disebutkan olehnya,begitu tergigit anjing, pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah mencuci luka di air mengalir menggunakan sabun selama 10-15 menit. Setelah itu, korban gigitan harus segera memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan terdekat. Gejala awal rabies adalah demam, namun gejala yang mematikan baru muncul dua bulan kemudian. Korban gigitan akan berperilaku seperti anjing gila. Jika sampai muncul gejala itu maka sudah berbahaya. ”Saya sarankan tetap waspada, sekecil apapun gigitannya segera periksakan ke pusat kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan secepatnya,” harapnya.
Edukasi bahaya rabies juga disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada. Ia mengatakan Bali sangat rawan terhadap rabies karena tingginya populasi anjing saat ini jumlahnya mencapai 650 ribu ekor. Ia mencatat, kasus gigitan anjing di Bali relatif tinggi, yaitu tahun 2023 mencapai 3.400 gigitan. ”Diantara jumlah gigitan itu, 72 positif rabies. Bahkan, di Jembrana sudah ada satu korban jiwa,” tuturnya.