FORUM Keadilan Bali – Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri karya Pitra Yadnya ”Kusa Pranawa” ngaben massal Desa Adat Belantih, di Lapangan Umum Desa Belantih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Selasa (27/9).
Bupati Giri Prasta memberikan apresiasi dan dukungan semangat persatuan ditunjukkan krama Desa Belantih melaksanakan yadnya bersama-sama. Selain memberi dukungan, Bupati Giri Prasta memberi bantuan dana secara pribadi Rp40 juta dan mendoakan semoga karya berjalan baik, sempurna dan lancar.
Dalam kesempatan ini hadir Gubernur Bali I Wayan Koster, anggota DPR RI Dapil Bali IGN Alit Kesuma Kelakan, Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta, Wakil Bupati Bangli I Wayan Diar, Ketua DPRD Bangli, Camat Kintamani beserta unsur tripika Kecamatan Kintamani, Perbekel Desa Belantih I Nengah Wardana, Bendesa Adat Belantih, Manggala Karya I Nyoman Irmawan, serta tokoh masyarakat setempat.
Bupati Giri Prasta menekankan pentingnya karya pitra yadnya/atiwa-tiwa, atma wedana dan sawa prakerti dilaksanakan lima tahun sekali. Karya ini merupakan sebuah sarana upacara menyucikan atma sehingga menjadi Dewa Hyang Guru dan malinggih di merajan rong tiga. Ia mengajak semeton harus berpedoman dengan ajaran Agama Hindu berlandaskan Dharmaning Leluhur, Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara. Dharmaning leluhur yaitu krama adat wajib ayat bhakti ring leluhur karena ada dadia. Dharmaning Agama semua sama beragama Hindu dan Dharmaning Negara krama memakai masker. ”Saya ucapkan terimakasih kepada manggala karya, bendesa, perbekel dan tokoh di sini sudah menjalankan utamaning utama,’’ katanya.
Giri Prasta menjelaskan pelaksanaan maperoras/mamukur ini krama semua sudah menjalankan Nyurut Ayu. Banyak rangkaian dari upacara nyekah patut dilaksanakan krama sebagai peserta nyekah. ”Mulai dari ngangget don bingin, murwa daksina, maprelina puspa, meajar-ajar dan terakhir mamitang ke Pura Dalem dan ngelinggihang di masing-masing merajan,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, prosesi murwa daksina menggunakan itik putih melambangkan linggih Bhtara Siwa digunakan untuk mengelilingi peyadnyan/tempat acara mamungkur untuk mengantarkan atma ke surga. Upacara ini harus menjalankan panca suara, yaitu Ida Sulinggih mapuja suara kleneng/genta, mamutru/ngwacen Lontar Atma Prasangsa, dan tarian Topeng Sidakarya, tarian Wayang Lemah, dan terakhir geguritan kidung/ pesantian. Pelaksanaan meajar-ajar disebut Catur Loka Pala. Terakhir dan utama saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep padu muka. Prosesi ngelinggihang disebut Dewa Pratista berdasarkan Lontar Panglukuning Dasa Aksara dan Lontar Panglukuning Panca Aksara Pari Kandaning Parahyangan. ”Kami harapkan semua prosesi upacara dapat diikuti semua keluarga sebagai tanggung jawab serta wujud bhakti kita kepada leluhur yang diupacarai,” harapnya.
Sementara Manggala Karya diwakili Perbekel Desa Belantih I Nengah Wardana menyampaikan ucapan terimakasih atas kesediaan Bapak Bupati Badung, Bupati Bangli serta undangan lainnya hadir di tengah-tengah masyarakat Desa Adat Belantih, Desa Belantih. ”Kami melaksanakan upacara Pitra Yadnya “Kusa Pranawa” Ngaben Massal di Desa Adat diikuti 71 sawa, matatah (potong gigi) 181 orang, dan maperoras 71 sawa.