FOUM Keadilan Bali – Jalan Raya Kerobokan seputaran Pura Desa dan Pura Puseh, Desa Adat Kerobokan Kuta Utara, Sabtu (11/6) diwarnai bermacam penjor setinggi 12-13 meter. Deretan penjor-penjor ini bertajuk ”Ngerobok” yakni lomba penjor pertama diselenggarakan Yowana Desa Adat Kerobokan, Kuta Utara, Kabupaten Badung.
Ngerobok diikuti 52 seka teruna masing-masing banjar yang ada di Wilayah Desa Adat Kerobokan.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri lomba penjor ”Ngerobok” dan UMKM kuliner di Desa Adat Kerobokan. Membuat perbedaan lomba penjor dengan yang lainnya adalah pembuatan dilakukan secara bersama-sama dan kegiatan ini merupakan kegiatan pertama kali didiadakan di Bali.
Turut hadir Kapolres Badung AKBP Leo Dedy Defretes, DPRD Badung AA Ngurah Ketut Agus Nadi Putra dan Wayan Sandra, Ajik Krisna, Ketua MDA Kabupaten Badung sekaligus Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja, Camat Kuta Utara I Putu Eka Parmana, Manggala Yowana Desa Adat Kerobokan IG Prayoga Mahardika, Pamucuk Prawartaka Agus Ariana Putra dan undangan lainnya.
Bupati Giri Prasta menyumbang Rp 2,5 juta untuk 52 seka teruna di Desa Adat Kerobokan dan seka Adi Merdangga Rp 5 juta.
Bupati Giri Prasta memberikan apresiasi kepada MDA Kabupaten Badung dan Yowana Desa Adat Kerobokan atas penyelenggaraan lomba tersebut. Ditegaskan, sudah ada klasifikasi 2 jenis penjor. Pertama, penjor sakral untuk hari raya Galungan, upacara agama dan tempat-tempat suci umat Hindu. Kedua, penjor hiasan atau dekorasi yang didesain cantik, indah dan menarik, seperti saat ada acara pernikahan, kegiatan atau event-event tertentu pada sebuah hotel atau perusahaan, yang menonjolkan unsur seni. Bukan perlengkapan atau unsur-unsur yang berhubungan dengan simbol-simbol kekuatan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
”Kita di Badung sudah siapkan pakem kegiatan keagamaan, baik saat Galungan dan tempat suci. Penjor merupakan simbol dari Naga Basuki yang artinya kesejahteraan dan kemakmuran. Bagi umat Hindu di Bali, penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan,’’ kata Giri Prasta.
Giri Pasta menjelaskan, penjor merupakan sebuah sarana upacara wajib dalam menyambut kemenangan Dharma melawan Adharma dengan meletakkan di depan rumah. Penjor seyogyanya dipasang tepat pada hari Penampahan Galungan, setelah jam 12 siang. Tujuan dipasangnya penjor adalah sebagai wujud rasa bakti dan ungkapan rasa terima kasih umat Hindu atas kemakmuran yang diberikan. ”Inilah prinsip, filosofi perlu kita laksanakan dan lakukan bersama. Tujuan kami adalah tepat, bermanfaat dan pelestarian adat agama, tradisi, seni dan budaya,” ucapnya.
Giri Prasta berharap, diadakan event ini menjadi wujud nyata culture tourism. Sebab, culture tourism adalah pariwisata berbasis budaya dan ini akan dilakukan berkelanjutan sehingga ke depan menjadi sustainable tourism. “Paiwisata berkelanjutan akan dilakukan generasi muda kita yang tergabung dalam seka teruna. Dua jempol untuk seka teruna Kerobokan dari 52 banjar,” ujarnya.
Manggala Yowana Desa Adat Kerobokan IG Prayoga Mahardika mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bupati Badung dan seluruh elemen yang sudah membantu mensukseskan acara ini. Harapan dari pelaksanaan lomba, selain dapat melahirkan seniman-seniman penjor yang baru, juga akan membangkitkan UMKM.
Mahardika mengungkapkan, lomba penjor dapat memperluas rantai ekonomi masyarakat, seperti kelengkapan merangkai penjor akan menghidupkan para pedagang. ”Kita menggunakan sistem saling support antar daerah kita. Jadi, lomba ini selain menghasilkan seniman, dapat dikatakan mampu memutar perekonomian secara masif karena terbukti, bahkan mampu meningkatkan harga daun lontar (ental) itu sendiri,” katanya.