• TEMUI PETANI ARAK – Calon Gubernur (Cagub) Bali nomor urut 2, I Wayan Koster menemui petani arak dan garam tradisional saat kampaye terbukan putaran pertama di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Karangasem Senin (30/9).

    Cagub Wayan Koster Temui Petani Arak dan Garam Tradisional

    FORUMKEADILANBali.com – Calon Gubernur (Cagub) Bali nomor urut 2, I Wayan Koster menemui petani arak dan garam tradisional usai kampaye terbukan putaran pertama di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Karangasem Senin (30/9).

    Wayan Koster yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Bali didampingi Calon Bupati Karangasem nomor urut 2 Gede Dana menyempatkan diri mengunjungan perajin arak dan petani garam.

    Koster mengawali menemui petani arak Bali Nengah Tami. Pria paruh baya ini menuturkan sekali musim panen terhitung selama enam bulan dapat mengantongi penghasilan Rp18 juta. ”Rata-rata Rp3 juta per bulan atau Rp100 ribu per hari dari hsil penjualan arak,” katanya.

    Selain perajin arak, Tami menuturkan dirinya beternak sapi dan menggarap lahan seluas 30 are untuk menambah penghasilan keluarga. ”Kalau istri tiang mejahit tamas,” kata bapak empat anak ini.

    Sementara produksi arak, kata Tami, selama 30 hari atau sebulan dapat menghasilkan arak enam jerigen isi 60 liter. Untuk menghasilkan arak sebanyak itu, ia mesti memanjat 25 pohon ental dan jaka per hari. Selanjutnya, produksi arak miliknya dijual kepada pengepul. ”Sebotol sekarang harganya Rp10 ribu, pernah harganya sampai Rp5 ribu. Tapi pernah mencapai Rp18 ribu per botol,” ungkapnya.

    Sebagai petani arak tradisional, Tami mengaku bersyukur adanya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan atau Distilasi Khas Bali. Pasalnya, sejak diterbitkan Pergub pada masa pemerintahan Wayan Koster itu telah dapat mengangkat derajat kehidupan petani arak tradisional. ”Astungkara, sekarang harga arak lebih stabil dan kadang naik,”jelasnya.

    Mendengarkan hal tersebut, Wayan Koster pernah menjabat sebagai Gubernur Bali 2018-2023 ini menegaskan komimetmennya memodernisasi alat produksi arak bagi petani tradisional. Menurutnya akan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan petani arak. ”Tiang komit memajuk produk lokal terutama arak Bali dan sekarang sudah naik kelas dan terkenal. Sudah masuk hotel-hotel dan restoran untuk dikonsumsi turis asing, bahkan dieksport,” terangnya.

    Politisi asal Desa Sembiran, Buleleng ini menemui petani garam tradisional di Pantai Tukad Sayung, Desa Baturingkit, Kecamatan Kubu, Karangasem.

    BERBINCANG – Calon Gubernur (Cagub) Bali nomor urut 2, I Wayan Koster berbincang dengan petani garam tradisional usai kampaye terbukan putaran pertama di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Karangasem Senin (30/9).

    Sementara salah seorang petani garam tradisional, Nengah Redesa menyampaikan saat ini di lokasi tersebut terdapat dua kelompok petani garam menggarap lahan seluas 49 are.

    Ia mengugkapkan keluh kesahnya soal anjloknya harga garam produksi mereka akibat serbuan produk garam dari Jawa. ”Sekarang harganya cuma Rp3.000 per kilo Pak, tahun kemarin harganya lumayan Rp6.000 per kilo,” ujarnya.

    Akibat harga anjlok tersebut, Redesa mengaku petani garam setempat lebih memilih menyetok hasil produksinya. ”Kami di sini bisa menghasilkan garam rata-rata 300 kg per minggu per orang dikerjakan tergantung musim. Kalau musim hujan, iya kami tidak berproduksi. Biasanya kami mulai produksi Mei sampai Desember,” terangnya.

    Ia mengatakan dari segi kualitas produk, garam setempat lebih unggul dariapada  garam lain yang sejenis, namun terkendala dalam hal pengemasan dan rasa.

    Lebih lanjut Redesa mengemukakan pihaknya telah bekerjasama dengan BUMDes setempat.

    Menanggapi hal itu, Wayan Koster komit akan membantu kalangan petani garam tradisional akan produk mereka dapat bersaing di pasaran.

    Saat menjabat Gubernur Bali 2018-2023, ia telah menerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan, dan Industri Lokal Bali. ”Berkat Pergub Bali 99/2018, sekarang sudah banyak produk lokal bisa masuk pasar swalayan dan modern,” paparnya. (FKB)