FORUM Keadilan Bali – Tidak terasa 9 tahun sudah Festival Air Suwat (FAS) berjalan. Patut dibanggakan karena FAS lahir di desa dengan kemampuan dana minimal, sumber daya manusia (SDM) terbatas mampu bertahan hingga 9 tahun. Berbagai dinamika muncul ditangkap sebagai energi positif mendorong lebih mendunia ke depan.
Tahun ini FAS didesain lebih sederhana lebih banyak melibatkan tokoh tokoh lokal. Tahun ini pelaksana atau kepanitiaan FAS sepenuhnya ditangani para yowana berasal dari tiga banjar adat di Desa Adat Suwat.
Bandesa Ageng Desa Adat Suwat Ngakan Putu Sudibya menjelaskan desa adat tahun ini menyerahkan sepenuhnya penyelenggaraan FAS kepada para yowana ketiga banjar adat. Tujuannya jelas memberi pengalaman kepada para yowana menggelar event dengan berbagai kendala yang ada. Mereka adalah generasi emas atau generasi Z yang akan bersaing di era global menuju Indonesia emas tahun 2045. ”Kami ingin mereka bisa keluar menjadi pemenang di era global. Kita mulai dari hal kecil menuju mimpi mimpi besar tahun 2045,” katanya.
Dibia menjelaskan bonus demografi akan didapat Indonesia tahun 2030-2035 harus dimaknai sebagai sebuah lompatan menjadi pemenang bukan pecundang. Ia bangga generasi muda Suwat mau belajar dan bekerja keras untuk kepentingan desa. ”Semoga ke depan akan menjadi orang besar dan berhasil di berbagai bidang,’’ ucapnya.
Ketua Panitia FAS Putu Bayu Laksana menjelaskan FAS tahun ini akan memfokuskan pada tiga kegiatan pokok yakni jalan santai sambil bersih-bersih lingkungan, perang lumpur dan perang air. ”Kami mengundang semua orang datang dan mengikuti semua kegiatan yang ada. Puncak acara perang air atau siat yeh akan digelar 1 Januari 2024 di Catus Pata Desa Adat Suwat pukul 13.30 Wia.