GIANYAR, FORUMKEADILANBali.com – Kabupaten Gianyar mencatat sejarah sebagai daerah pertama di Bali berhasil menjalankan program beasiswa ”Satu Keluarga Satu Sarjana” secara masif dan terstruktur.
Sebanyak 1.400 generasi muda Gianyar telah dinyatakan lolos seleksi dan akan melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi dalam dan luar Bali, termasuk kampus unggulan seperti ITB, UGM, IPB, hingga Politeknik Kesehatan Surakarta.
Program ini diluncurkan secara resmi dalam acara pelepasan penerima Beasiswa Gianyar Aman ”Satu Keluarga Satu Sarjana” dan Beasiswa Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dihadiri Gubernur Bali, Wayan Koster dan Bupati Gianyar I Made Mahayastra, di Kantor Bupati Gianyar, Selasa (8/7/2025).
Bupati gianyar Made Mahayastra menyampaikan beasiswa ini tidak melalui proyek atau tender. Dana dikirim langsung ke rekening mahasiswa, mencakup UKT (Uang Kuliah Tunggal) dibayar penuh, uang makan Rp50.000/hari, uang kos Rp1 juta/bulan, serta bantuan pembelian laptop hingga Rp15 juta.
Mahayastra mengatakan mahasiswa bebas memilih laptop sendiri dan bila lebih murah dari plafon, sisa dana dikembalikan ke kas daerah. ”Program ini bukan proyek. Tidak boleh ada mark up. Satu rupiah pun harus bermanfaat bagi mahasiswa,” tegas Mahayastra.
Sementara Gubernur Bali Wayan Koster memuji langkah progresif Gianyar yang menjadi pelopor program pendidikan afirmatif ini. ”Gianyar luar biasa. Sudah memulai lebih dulu. Sekarang tinggal 8 kabupaten/kota lainnya saya dorong untuk ikut,” kata Koster.
Koster mengungkapkan jika seluruh kabupaten/kota memberikan 500 kuota saja, ditambah Gianyar 1.000 dan Provinsi 1.000–2.000, maka sedikitnya 6.000 mahasiswa miskin di Bali dapat dibiayai kuliah setiap tahun.
Program ini, lanjut Koster, bukan sekadar pendidikan, tetapi gerakan keadilan sosial dan investasi masa depan Bali. Saat ini angka partisipasi perguruan tinggi di Bali baru 38%, lebih tinggi dari nasional (32%), tetapi masih tertinggal dibanding beberapa daerah lain di Indonesia. Melalui program ini, target ke depan adalah menaikkan angka partisipasi hingga 50% lulusan SMA/SMK melanjutkan kuliah.
Menurut Koster, Pemprov Bali telah merancang skema kerja sama dengan 20 PTS besar di Bali memberikan kuliah gratis tanpa pungutan dan dengan PTN, melalui pemanfaatan UKT dan KIP Kuliah dari Kemendikbud, diperkuat bantuan dari APBD Provinsi Bali, bantuan biaya kos Rp1.400.000/bulan untuk mahasiswa penerima beasiswa merantau serta verifikasi calon penerima dilakukan langsung ke rumah bukan hanya berdasarkan rekomendasi desa atau banjar untuk menghindari KKN.
Tak hanya kuliah, kata Koster, program ini juga menyasar lulusan SMA/SMK yang memilih jalur vokasi. Tahun ini, 60 orang dibiayai mengikuti pelatihan 1 tahun di Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) menggunakan dana APBD Gianyar, setelah sebelumnya 10 orang dikirim lewat CSR BPD Bali.
Program LPK ini diakui Koster sebagai bagian integral dari strategi peningkatan kualitas SDM dan daya saing angkatan kerja muda Bali.
Dari Anak Desa, Kini Memimpin Daerah
Dalam momen penuh inspirasi, Gubernur Koster juga berbagi kisah hidupnya sebagai anak petani dari Buleleng yang harus menjual ayam dan sapi untuk bisa kuliah di ITB. ”Saya dari keluarga yang rumahnya berlantai tanah. Tapi semangat dan kerja keras, saya bisa kuliah dan bertahan di Bandung. Kalau saya bisa, anak-anak Bali juga bisa,” ucap Koster disambut tepuk tangan hadirin.
Kisah tersebut menjadi motivasi kuat dalam merancang dan mendorong program Satu Keluarga Satu Sarjana. Ini bukan soal pencitraan dirinya atau kepala daerah lain. Ini adalah gotong royong lintas pemerintahan untuk membangun masa depan Bali yang lebih adil dan maju melalui pendidikan. ”Kalau program ini dijalankan serius, maka tahun 2030 kita akan punya puluhan ribu sarjana baru generasi emas Bali yang siap kerja, siap menciptakan lapangan kerja, dan tidak bergantung pada orang tua,” paparnya.
Salah satu penerima beasiswa, Made Panji Sentana, alumni SMA Negeri 1 Sukawati kini diterima di Program Studi Kedokteran Hewan IPB University, saat diberikan menyampaikan pesan dan kesan mengutarakan rasa syukur dan semangatnya mewakili para mahasiswa baru.
Ia menyebut program beasiswa ini bukan hanya bantuan finansial, tetapi sebuah amanah dan tanggung jawab moral. ”Kami menyebutnya AMAN, Astungkara, Mensyukuri, Aktif, dan Negara,” ujar Panji lugas.
”Beasiswa ini akan kami jawab dengan prestasi. Kami sadar, ini bentuk kepercayaan, dan kami akan berusaha menjadi mahasiswa yang membanggakan Bali dan Indonesia,” tuturnya
Panji menegaskan dengan dukungan yang luar biasa dari pemerintah, para penerima beasiswa siap menjadi generasi mandiri, produktif, dan berdampak. Ia berharap semakin banyak anak muda Bali yang mendapat kesempatan serupa, dan berjanji akan membawa nama baik daerahnya di tingkat nasional bahkan internasional.
Program Gianyar Aman dan Satu Keluarga Satu Sarjana kini bukan hanya kebijakan lokal. Karena telah menjadi cikal bakal gerakan pendidikan kolektif di Bali, tempat di mana kesempatan meraih masa depan lebih baik terbuka bagi siapa saja, tanpa kecuali. (fkb/pas)

