• Industri Jasa Keuangan Provinsi Bali Catatkan Kinerja Solid dan Terjaga Stabil

    FORUM Keadilan Bali – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menilai Industri Jasa Keuangan (IJK) di Bali pada September 2023 terjaga stabil dan solid didukung permodalan kuat, kondisi likuiditas memadai, dan profil risiko terjaga.

    Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu, mengatakan kinerja IJK tersebut mendukung perkembangan perekonomian Provinsi Bali yang tumbuh 5,35 persen yoy di triwulan III 2023. Meskipun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya 5,60 persen yoy. Namun laju pertumbuhan ekonomi Bali saat ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional sebesar 4,94 persen dan menempatkan Bali berada di posisi ke-7 tertinggi secara nasional. Struktur ekonomi Bali didominasi kategori lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum 20,37 persen. Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sangat erat kaitannya dengan pariwisata Bali. Lapangan usaha akomodasi makan minum serta transportasi pergudangan sebagai kontributor terbesar perekonomian Bali tumbuh impresif secara yoy masing-masing sebesar 16,06 persen dan 27,52 persen.

    Kristrianti Puji Rahayu menjelaskan, data sektor perbankan Provinsi Bali posisi September 2023 menunjukkan penyaluran kredit maupun penghimpunan DPK mengalami pertumbuhan semakin membaik dari periode sebelumnya. Penyaluran kredit mencapai Rp102,97 triliun atau tumbuh 5,11 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,22 persen (Agustus 2023: 4,87 persen yoy).

    Kristrianti Puji Rahayu memaparkan penyaluran kredit Bank Umum di Bali Rp90,23 triliun atau tumbuh 5,26 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan posisi Agustus 2023 sebesar 4,91 persen. Sementara itu, penyaluran kredit BPR posisi September 2023 mencapai Rp12,67 triliun atau tumbuh 4,02 persen yoy, sedikit lebih rendah dibandingkan posisi Agustus 2023 yang sebesar 4,57 persen. Peningkatan penyaluran kredit secara yoy ini selaras dengan meningkatnya aktivitas pariwisata serta sektor pendukung pariwisata di Bali.

    Berdasarkan jenis penggunaannya, lanjut Kristrianti Puji Rahayu, pertumbuhan kredit yoy didorong oleh peningkatan nominal kredit investasi Rp3,04 triliun atau tumbuh 12,12 persen yoy (Agustus 2023: 11,36 persen yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali. Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan oleh peningkatan nominal penyaluran di sektor perdagangan besar dan eceran Rp1,72 triliun (tumbuh 5,79 persen yoy) serta sektor penerima kredit bukan lapangan usaha Rp1,34 triliun (tumbuh 3,93 persen yoy). Berdasarkan kategori debitur, sebesar 52,64 persen SP 18/KO.18/OJK/XI/2023 2 kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 6,02 persen yoy (Agustus 2023: 5,82 persen yoy). ”Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp163,94 triliun atau tumbuh double digit yaitu 22,42 persen yoy tumbuh lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,63 persen yoy,’’ katanya.

    Kristrianti Puji Rahayu mengungkapkan pertumbuhan DPK posisi September 2023 sedikit lebih melandai dibandingkan posisi Agustus 2023 yang tumbuh sebesar 23,51 persen yoy. Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan September 2022 ditopang oleh kenaikan nominal tabungan Rp18,45 triliun dan giro Rp6,84 triliun. Fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi September 2023 sebesar 62,81 persen (Agustus: 63,13 persen). Rasio LDR yang termoderasi antara lain karena pertumbuhan penghimpunan DPK lebih tinggi dibandingkan penyaluran kredit.

    Dia menuturkan tingginya pertumbuhan DPK mencerminkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat di Bali berangsur-angsur membaik. Peningkatan DPK terutama pada Tabungan juga menunjukkan bahwa terdapat lesson learned yang dari kondisi pandemi yaitu menyediakan dana darurat dan simpanan yang cukup untuk menghadapi kondisi tidak terduga. Adapun kecukupan modal BPR tercermin pada likuiditas BPR (CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 15,80 persen dan 32,04 persen. ”Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas,’’ ujarnya.

    Kristrianti Puji Rahayu menambahkan kualitas kredit perbankan tetap terjaga tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 3,21 persen sedikit lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang sebesar 3,23 persen. Sementara NPL nett berada di posisi 1,64 persen masih stabil dibandingkan Agustus 2023 yang juga sebesar 1,64 persen.

    Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bali (berdasarkan lokasi proyek) terus melandai dari Rp45,80 triliun posisi Desember 2020 menjadi Rp20,94 triliun atau turun sebesar 54,28 persen posisi September 2023 (Agustus 2023: Rp22,76 triliun). Berdasarkan sektor ekonomi, restrukturisasi kredit Covid-19 di Provinsi Bali didominasi oleh sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (37,73 3 persen), sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (23,49 persen), dan sektor rumah tangga (17,61 persen).

    Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi berdampak positif bagi penurunan rasio LaR menjadi 22,84 persen dari sebelumnya 24,69 persen pada Agustus 2023. OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko. OJK mendukung transisi yang baik (smooth) dari era pandemi dengan melakukan normalisasi kebijakan secara bertahap (targeted) sehingga tidak menimbulkan guncangan (cliff effect). Kebijakan ini akan ditempuh secara terukur sehingga tidak menimbulkan moral hazard. OJK juga telah meminta perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk terus membentuk pencadangan yang memadai untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang bersumber dari perekonomian global ke depan.

    Perkembangan sektor pasar modal jumlah investor pasar modal wilayah Bali masih menunjukkan pertumbuhan cukup tinggi mencapai double digit secara yoy. Pada September 2023, jumlah investor saham di Bali sebanyak 111.033 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 22,31 persen yoy. Demikian juga jumlah investor Reksa Dana dan SBN yang masing-masing tumbuh sebesar 22,69 persen yoy dan 26,35 persen yoy. Nilai kepemilikan saham di Bali mencapai Rp4,70 triliun atau tumbuh 14,23 persen yoy meningkat dibandingkan Agustus 2023 yang sebesar 9,26 persen yoy.