FORUMKEADILANBali.com – Desa Adat Suwat kembali menggelar Perang Air telah menjadi tradisi tahunan, menandai perjalanan satu dekade Festival Air Suwat, Senin (30/12/2024).
Festival kali ini, kebahagiaan tidak hanya dirasakan melalui kemeriahan acara, tetapi juga melalui pembagian kesejahteraan kepada krama desa adat senilai Rp84 juta. Setiap Kepala Keluarga (KK) menerima Rp250 ribu bentuk apresiasi atas dukungan terhadap pelestarian tradisi.
Jro Bendesa Adat Suwat, Ngakan Putu Sudibya, ST., menyampaikan keberlangsungan Festival Air selama 10 tahun merupakan pencapaian luar biasa, terutama bagi sebuah desa jauh dari pusat keramaian. ”Ini bekas pertanda dari berbagai hal yang harus kami lakukan. Festival ini tidak hanya soal tradisi, tetapi tentang membangun kesadaran dan kebersamaan di antara masyarakat desa,” ujar Ngakan Sudibya.
Dalam refleksi perjalanannya, Ngakan Sudibya menekankan pentingnya inovasi agar festival tetap menarik. Setiap tahun berusaha menampilkan sesuatu berbeda. Tahun ini mengambil tema ”Air itu Sederhana”. ”Kami ingin kembali ke akar tradisi dengan kesederhanaan, tanpa hiasan berlebihan atau melibatkan tokoh besar. Ini momen memperkuat internal desa kami,” katanya.
Ngakan Sudibya menjelaskan Festival Air Suwat memiliki tiga elemen utama, yakni perang lumpur, perang air, dan dinamika kebersamaan. Elemen-elemen ini menggambarkan nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh masyarakat Desa Suwat. Tahun ini, tema kesederhanaan menjadi penekanan utama untuk merefleksikan 10 tahun perjalanan festival ini sekaligus mempersiapkan langkah lebih besar di masa depan. ”Ke depan, kami ingin menjadikan Festival Air Suwat salah satu ritual budaya besar di Bali, dengan menampilkan berbagai tradisi dan seni lokal yang unik. Kami berharap festival ini dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pendidikan di desa kami,” ungkap Jro Bendesa Adat suwat ini.
Festival tahun ini, ucap ngakan sudibya, Desa Adat Suwat membagikan sisa hasil usaha senilai Rp84 juta kepada krama desa sebagai wujud nyata keberhasilan ekonomi desa. ”Ini kali kedua kami lakukan. Tahun depan, kami berharap kesejahteraan yang dibagikan akan meningkat seiring dengan berkembangnya usaha desa,” jelasnya.
Dia menerangkan, pembagian kesejahteraan ini bukan hanya tentang nilai uang, tetapi simbol kebersamaan dan komitmen memajukan desa. ”Dengan adanya pusat pertumbuhan ekonomi di desa, masyarakat dapat bekerja dan menikmati hasil dari usaha bersama. Ini menjadi inti dari festival ini membangun kesejahteraan dan kebahagiaan untuk semua,” teangnya.
Ngakan Sudibya menambahkan melalui Festival Air Suwat, Desa Adat Suwat tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi menciptakan peluang untuk kemajuan ekonomi dan sosial. Dengan semangat kebersamaan dan inovasi, masyarakat desa berharap tradisi ini akan terus berlanjut dan membawa manfaat lebih besar bagi seluruh krama desa.