FORUM Keadilan Bali – Serangkaian memperingati Hari Pengurangan Risiko Bencana Sedunia setiap tahun jatuh tanggal 13 Oktober, kelompok masyarakat penanggulangan bencana di Dusun Bonyoh dan Dusun Bunga, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali melakukan pemasangan rambu evakuasi bencana.
Diketahui, wilayah di dua dusun tersebut berada di kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Api Agung. Kegiatan ini bersinergi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem dan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem membangun ketangguhan yang dicita-citakan dalam program ini. Bukan hanya berfokus pada manusia, namun juga berfokus pada hewan sebagai bagian dari aset kehidupan masyarakat.
Upaya membangun ketangguhan ini selaras dengan tujuh target diamanatkan dalam Kerangka Aksi Sendai terkait Pengurangan Risiko Bencana. Diharapkan program ini dapat terus bersinergi dengan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana baik di tingkat Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali.
Didukung yayasan Bali Animal Welfare (BAWA), kegiatan diawali dengan melakukan pemetaan partisipatif yang melibatkan seluruh komponen masyarakat kedua dusun tersebut. Tidak hanya laki-laki, keterlibatan perempuan juga diikut sertakan dalam memetakan wilayah berisiko, penentuan jalur evakuasi dan wilayah ancaman yang ada di lingkungan mereka.
Penyusunan peta ini dilakukan dengan bantuan kepala dusun, bendesa adat serta komponen masyarakat yang memiliki pemahaman terkait wilayah dusun mereka. Peta dasar wilayah digambarkan langsung warga sendiri sesuai kondisi riil yang ada di dusun mereka.
Sebanyak 30 buah rambu titik kumpul dan rambu jalur evakuasi dipasang di kedua wilayah dusun, terutama dipasang di titik-titik yang telah disepakati sebelumnya sebagai wilayah yang sering dilalui atau tempat beraktivitas masyarakat. Keseluruhan rambu ini menjadi milik dusun dan pemeliharaannya akan dilakukan oleh Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana masing-masing dusun.
Konsultan Yayasan BAWA, Ade Andreawan disela-sela pemasangan rambu tersebut, Rabu (11/10), mengatakan pemetaan dan pemasangan rambu evakuasi ini dilakukan sejak Juli dan bagian implementasi salah satu program Yayasan BAWA didukung IFAW (International Fund for Animal Welfare).
Ade Andreawan mengungkpkan, kegiatan tersebut merupakan program pendekatan pendampingan masyarakat di wilayah dengan risiko bencana tinggi. Masyarakat diberikan sosialisasi, dilibatkan dalam identifikasi ternak dan hewan peliharaan, difasilitasi untuk membentuk Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana, dilatih untuk bisa melakukan tanggap darurat dan evakuasi secara mandiri, serta melakukan kegiatan pengurangan risiko seperti pemasangan rambu evakuasi dan penanaman pohon.
Ade menambahkan, peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana Sedunia peringatan ini dimulai tahun 1989, setelah seruan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, selama sehari untuk mempromosikan budaya kesadaran global dan pengurangan risiko bencana. ”Setiap 13 Oktober peringatan ini dimaknai oleh orang-orang dan komunitas di seluruh dunia untuk mengurangi keterpaparan mereka terhadap bencana dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengurangi risiko yang mereka hadapi,” ungkap Ade.
Sementara Kepala Dusun Bonyoh, I Nyoman Seken menyampaikan terima kasih kepada Yayasan BAWA dan IFAW dengan pemasangan rambu evakuasi ini. ”Dusun kami akhirnya memiliki peta risiko dan rambu evakuasi bencana. Dengan adanya peta dan rambu ini, masyarakat kami dapat mengurangi risiko yang dihadapi dan memperkuat kesiapsiagaannya,”’ ucapnya.
Hal senada juga disampaikan Jero Bendesa Adat Perasan, I Wayan Ngentel. ”Kami sangat terbantu adanya rambu inii. Mewakili Banjar Adat Perasan, saya berharap program ini tetap dapat berlanjut sehingga masyarakat mampu melakukan penanggulangan bencana secara mandiri,” harapnya.