Daerah

Macaru Mejaga-jaga Desa Adat Besang Kawan Tohjiwa Bersihkan dan Netralisir Alam dari Pengaruh Negatif
Diterbitkan: 22 Agustus 2025, 17:38 | Diperbarui: 22 Agustus 2025, 17:40

SEMARAPURA, FORUMKEADILANBali.com – Tradisi Macaru Mejaga-jaga suatu tradisi rutin dilaksanakan di Kabupaten Klungkung tepatnya di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Kecamatan Klungkung, Jumat (22/8/2025).

Hadir mengikuti prosesi Macaru Mejaga-jaga tersebut, Wakil Bupati Klungkung Tjokorda Gde Surya Putra didampingi Camat Klungkung I Putu Arnawa dan seluruh warga Desa Adat Besang Kawan.

Mejaga-jaga bentuk caru agung untuk menetralisir desa dari ancaman skala dan niskala, baik bahaya yang tampak maupun tak kasat mata. Karena itu, tradisi ini wajib dilaksanakan guna menjaga keharmonisan desa.

Pelaksanaan Macaru Mejaga-jaga ini menggunakan sarana seekor sapi pilihan. Sapi tersebut tidak boleh cacat, dan yang memilih sapi tidak sembarang orang tetapi sapi tersebut  dipilih keturunan Pemangku Prajapati, Pemengku Catus Pata, dan Pemangku Dalem.

Prosesi ini dimulai pukul 07.00 Wita, terlebih dahulu sapi dimandikan dan dibawa ke depan Pura Puseh desa setempat. Pemangku Catus Pata, sapi ditebas pada pantat sebelah kanan dengan menggunakan blakas Sudamala yang disakralkan masyarakat dan darah sapi pun mulai beececeran. Kemudian sapi tersebut  kembali diarak masyarakat/sarga ke selatan hingga batas desa.  Di depan Pura Dalem kembali dilaksanakan prosesi yang sama  dengan menebas pantat bagian kiri, dan selanjutnaya sapi diarak lagi ke catus pata sebelum diarak ke timur perbatasan desa. Di sana sapi kembali ditebas pada bagian pantat sebelah kanan. Sapi kembali diarak ke sebelah barat di depan Pura Prajapati. Di sana kaki sapi yang dibelakang kembali ditebas, dan akhirnya kembali ke catus pata dilakukan upacara selanjutnya.

Kelihatan sadis tetapi masyarakat menegaskan ceceran darah sapi ini diyakini sebagai darah kurban untuk menjaga Desa Besang Kawan Tohjiwa, baik secara skala maupun niskala. Ini merupakan sarana pembersihan  dan menyeimbangkan (nyomiang) alam baik parhyangan, pawongan maupun palemahan.

Baca Juga :  Persiapan Karya Maligia Punggel, Puri Agung Bangli Laksanakan Prosesi Buat Jajanan Suci

Menariknya, masyarakat berebutan mencari darah sapi yang bececeran diyakini darah tersebut sebagai obat menghilangkan semua penyakit. Tahap akhir dilanjutkan pecaruan  menggunakan kulit (keletan) sapi. Sebelum itu, daging sapi tersebut dibagikan kepada masyarakat.

Wabup Tjok Surya mengatakan tradisi yang disakralkan warga Desa Besang Kawan dipercaya menetralisir alam dari hal-hal negatif dan memohon kesuburan agar warga diberikan kemakmuran, terlebih hasil pertanian agar berlimpah. ”Semoga digelarnya Macaru Mejaga-jaga ini mampu menjaga keseimbangan alam dan mampu menetralisir pengaruh pengaruh negatif secara niskala,” ujarnya.

Wabup Tjok Surya menyampaikan tradisi Mejaga-jaga sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) tahun 2021 digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. ”Tercatat sebagai WBTB diharapkan ke depan menjadi atraksi budaya memperkaya khasanah budaya nusantara dan dapat menggaet wisatawan datang ke Kabupaten Klungkung,” ucapnya. (fkb/pas)

Shares: