FORUM Keadilan Bali – Pemkot Denpasar melalui sinergitas bersama antara Pasikian Yowana MDA Kota Denpasar dan Sing Main-Main Official akan menggelar Kesanga Festival Tahun 2023. Kegiatan tersebut merupakan wadah kreativitas anak muda Denpasar di bidang seni Ogoh-ogoh.
Demikian diungkapkan Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara didampingi Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa saat menjadi narasumber pada talkshow bertajuk ”Berkarya Asik Dengan Non Organik” serangkaian Kesanga Fest di Selasar Ruang Taksu, Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Minggu (29/1).
Selain itu, kegiatan yang dihosting langsung Go Andik bersama Agung Suyoga dihadiri seluruh perwakilan Seka Teruna Teruni (STT) se-Kota Denpasar mengundang narasumber yang ahli di bidangnya. Seperti I Nyoman Gede Sentana Putra yang akrab disapa Kedux, Gusman Surya, I Gede Anom Ranuara yang akrab disapa Guru Anom, dan Direktur Operasional Bali CMPP, Andrean Raditha. Tampak hadir Ketua MDA Kota Denpasar AA Ketut Sudiana, Kadis Kebudayaan Kota Denpasar Raka Puwantara dan Ketua Pasikian Yowana Kota Denpasar AA Angga Harta Yana.
Wali Kota Jaya Negara mengatakan, pelaksanaan Kesanga Festival merupakan sebuah event mewadahi kreativitas anak muda Denpasar di bidang seni ogoh-ogoh. Hal ini menambah panjang daftar event yang bisa menjadi rujukan masyarakat Kota Denpasar. ”Setelah ada Denfest dan D’Youth Fest, kini kita menggagas Kesanga Fest. Tujuannya untuk mewadahi kreativitas anak muda di bidang seni ogoh-ogoh menjelang hari raya Nyepi. Bahkan mendukung kreativitas STT di Kota Denpasar, Pemkot telah mengucurkan dana BKK Rp10 juta setia STT, dan akan berlanjut setiap tahun,” ujarnya.
Secara tradisi, kata Jaya Negara, ogoh-ogoh merupakan sebuah sarana nyomya Bhuta Kala saat Tilem Kesanga atau lebih dikenal malam pangerupukan. Kini dikemas lebih menarik, sehingga tradisi juga memberikan ruang secara kreativitas dan ekonomi. ”Kita pusatkan di kawasan Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung. Ada lomba sketsa ogoh-ogoh, ada lomba ogoh-ogoh mini, dan parade ogoh-ogoh hasil seleksi setiap kecamatan, dan ada stand UMKM dan Ekraf. Selain itu, dibuka para seka teruna mengisi stand ekraf lewat merchandise-nya,” ucapnya.
Dia mengungkapkan pelaksanaan festival selesai, ogoh-ogoh dikembalikan ke masing-masing desa adat untuk mengikuti prosesi sesuai dengan desa kala patra setempat. Konsepnya antara tradisi dan kreativitas sama-sama jalan. Intinya kreativitas harus terus tumbuh dan berkembang,” imbuhnya,
Salah satu narasumber I Gede Anom Ranuara mengatakan, dilihat dari sejarahnya, ogoh-ogoh berkaitan dengan budaya subak atau pertanian di Bali. Dalam perjalanan waktu, keberadaan ogoh-ogoh terus berkembang. Jika dilihat dari filosofi agama, ogoh-ogoh tertuang dalam tutur Rare Angon.
Anom Ranuara mengatakan, saat ini Kota Denpasar konsisten memberikan kreativitas terhadap seni ogoh-ogoh. Karena fungsi ogoh-ogoh sebagai pengiring upacara keagamaan yang mengutamakan estetika. ”Kita tetap konsekuen pada filosofi agama dengan mengutamakan estetika. Saat ini terus berkembang adalah kreativitas dan inovasi dari para undagi dalam hal ini seka teruna,” jelasnya. Dia menerangkan ke depan Kesanga Fest terus tumbuh dan berkembang menjadi menjadi ajang kreativitas tanpa batas Yowana Kota Denpasar yang bernafaskan Vasudhaiwa Kutumbakam. Selain memberikan ruang terhadap pengembangan UMKM dan Ekraf.