FORUM Keadilan Bali – Pemkot Denpasar menggelar Karya Padudusan Agung Pemahayu Jagat dan Mapakelem Kota Denpasar di Pura Dalem Sakenan, Kelurahan Seranga, Denpasar bertepatan Budha Kliwon Wuku Gumbreg, Sasih Kaenem, Rabu (30/11).
Upacara ini dilaksanakan sebagai wujud syukur sekaligus menjaga keseimbangan alam semesta dihadiri Walikota Denpasar IGN Jaya Negara bersama Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana, Ketua TP PKK Kota Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Panglingsir Puri se-Kota Denpasar, perwakilan Forkopimda Kota Denpasar, OPD serta Bendesa Adat se-Kota Denpasar.
Diringi suara kekidungan dan tetabuhan Gong Gede Desa Adat Panjer, rangkaian puncak karya berlangsung khidmat diawali pangilen Tari Rejang Sari dan Rejang Renteng dari WHDI Kecamatan Denpasar Selatan. Dilanjutkan Tari Baris Gede oleh Perbekel/Lurah se-Kota Denpasar. Selain dipentaskan Topeng Wali dan Tari Rejang Dewa.
Walikota Denpasar Jaya Negara dalam kesempatan tersebut ngayah magambel bersama Seka Gong Gede Desa Adat Panjer. Sementara itu, Ketua TP PKK Kota Denpasar Ny. Antari Jaya Negara dan Ketua GOW Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa ngayah Tari Rejang Renteng.
Seluruh rangkaian puncak karya dipuput Tri Sadhaka yakni Ida Pedanda Putra Telaga, Griya Telaga Gulingan Sanur, Ida Pedanda Gede Made Dharma Kerthi, Griya Budha Saraswati Taman Sari Batuan, Sukawati dan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kerti Buana, Griya Batur Giri Murti, Denpasar. Usai pelaksanaan karya, tirta (air suci) pamahayu jagat diminta Bendesa Adat se-Kota Denpasar dipercikan di seluruh wilayah desa adat dan pekarangan rumah masyarakat.
Wal Kota Denpasar Jaya Negara mengatakan upacara ini merupakan momentum seluruh masyarakat bersama Pemerintah Kota Denpasar selalu eling (ingat) dan meningkatkan srada bhakti kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa. Karya ini menjadi sebuah momentum menjaga keharmonisan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan sebagai impelementasi dari Tri Hita Karana.
Jaya Negara mengungkapkan pelaksanaan Karya Padudusan Agung Pemahayu Jagat dan Mapakelem Kota Denpasar merupakan wujud syukur serta sebuah upaya menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya. ”Mari kita tingkatkan rasa sradha bhakti menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan, seluruh masyarakat dan alam semesta beserta isinya terhindar dari penyakit dan marabahaya,” ujar Jaya Negara.
Sementara itu, Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar IB Alit Antara menjelaskan, rangkaian Karya Padudusan Agung Pemahayu Jagat Kota Denpasar diawali mapiuning karya pada Tumpek Landep, 5 November lalu. Dilanjutkan mapepada dan mendak pakuluh dilaksanakan, Senin (29/11). Sedangkan puncak Karya Padudusan Agung Pemahayu Jagat dan Mapakelem Kota Denpasar dilaksanakan bertepatan dengan Budha Kliwon Wuku Gumbreg, Rabu (30/11).
Lebih lanjut Alit Antara mengemukakan berdasarkan Lontar Widhi Sastra Roga Sangara Bumi tujuan pemahayu jagat untuk menjaga ketentraman dan mensejahterakan umat manusia. Hal ini dilaksanakan dengan memohon anugrah dengan menggelar upakara kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam menifestasinya sebagai Sang Hyang Baruna. ”Upcara ini merupakan wujud bhakti dan syukur dalam menetralisir gering atau wabah seperti Covid-19, Gerubug pada hewan dan sasap merana pada tumbuhan, sehingga mampu terciptanya hubungan harmonis serta keseimbangan alam semesta sesuai dengan Tri Hita Karana,” ujarnya.