• PESAMUHAN AGUNG – Pembukaan Pasamuhan Agung Dharma Ghosana, Paruman Wuku Bala, Pasamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha dari Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara yang digelar di Geria Parasu Graha, Bungaya Kangin, Kabupaten Karangasem, Minggu (2/6/2024) bertepatan dengan Wuku Bala.

    Perkuat Ajaran Agama Hindu Dresta Bali, Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara Gelar Pasamuhan Agung di Geria Parasu Graha Karangasem

    FORUMKeadilanbali.com – Memperkuat ajaran agama Hindu Dresta Bali, Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara menggelar Pasamuhan Agung Dharma Ghosana, Paruman Wuku Bala, Pasamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha di Geria Parasu Graha, Bungaya Kangin, Kabupaten Karangasem, Minggu (2/6/2024) bertepatan dengan Wuku Bala.

    Pesamuhan Agung Dharma Goshana merupakan pertemuan antar Ratu Pedanda se-Nusantara membahas isu penting berkaitan perkembangan Agama Hindu Dresta Bali, membahas keilmuan sastra agama yang pada saat ini membahas Krya Patra Atma Wedana yang diberi judul Baligia.

    Sementara pada Pesamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha membahas dan mengevaluasi program kerja yang sudah berjalan setahun, menegaskan arah dan kebijakan organisasi berdasarkan arahan Ketua Umum PDPN Pusat, merencanakan dan menyepakati pelaksanaan Mahasaba yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, menyusun draft garis-garis besar organisasi merencanakan pemilihan pengurus baru periode 5 tahun mendatang. Sehingga saat Mahasabha dilaksanakan dapat lebih lancar jalannya dalam sidang-sidang yang diadakan.

    ”Pasamuhan Agung Dharma Ghosana merupakan Parum Ida Pedanda-Ida Pedanda se-Nusantara. Kemudian Paruman Wuku Bala membahas salah satu topik judul berkaitan dengan agama, sastra. Sementara dalam paruman kali ini judulnya adalah Krya Patra dibahasa berjudul Baligia. Kemudian pada Pasamuan Dharma Prawerthi Sabha, dilaksanakan secara terpisah dari Pasamuan Ida Pedanda, akan membahas evaluasi program kerja tahunan, kemudian persiapan Mahasabha berikutnya,” kata Ida Bagus Arka selaku Ketua Panitia Pasamuhan Agung Dharma Ghosana, Paruman Wuku Bala, Pasamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara.

    Arka menyamp[aikan total peserta mengikuti Paruman untuk Ida Peranda 630 angga/orang dan Walaka sekitar 3.000 angga/orang. Paruman ini rutin digelar setiap tahun, dengan lokasi berpindah-pindah atau secara bergilir dan saat ini Karangasem mendapat giliran menjadi tuan rumah.

    Pada Pesamuhan Agung turut diundang tokoh-tokoh masyarakat, Angga Puri dan Nayaka Praja untuk ikut hadir pada acara tersebut. Ditampilkan pula beberapa kesenian seperti Papawosan diiringi tabuh Gender, tabuh Selonding, tabuh Semar Pagulingan dan Ngoncang disuguhkan seniman/artis lokal Karangasem.

    Lebih lanjut Arka berharap dari Pasamuan ini adalah, pertama adanya finalisasi tentang Krya Patra Atma Wedana Utama disebut Baligia. Artinya ketika sudah ada finalisasi berarti mempunyai satu buku untuk pedoman melaksanakan upacara upakara Baligia untuk generasi berikutnya. Kedua, selama Paruman akan diberikan arahan-arahan tentang isu-isu Agama Hindu Dresta Bali masa kini, termasuk apa tantangan-tantangan kedepan dan bagaimana solusinya.

    Sementara dari Dharma Prawerthi Sabha diharapkan adanya kerumaketan semeton. Artinya bagaimana menyatukan semeton sehingga memiliki semangat untuk melestarikan Bhisama dari Bhatara Lelangit yakni Ida Danghyang Dwijendra dan Ida Danghyang Astapaka, yang tentunya menyatu dengan Dresta Bali. ”Kalau Dharma Prawerthi Sabha bertujuan kerumaketan (menyatukan) semeton. Bagaimana menyatukan lagi semeton agar punya kesemangatan dalam rangka melestarikan Bhisama dari Bhatara Lelangit, Ida Dang Hyang Niratha dan Ida Dang Hyang Astapaka, yang menyatu dengan dresta adat Bali,” ujarnya.

    Pesamuhan ini memberikan perhatian pada isu-isu terkini berkaitan dengan umat Hindu. Salah satunya persoalan Agama Hindu Dresta Bali marak mulai disusupi ajaran Sampradaya. Jika ini terus dibiarkan maka Agama Dresta Bali perlahan akan punah. Melalui Pasamuan ini umat Hindu Nusantara diingatkan untuk kembali kepada pakem-pakem yang sudah ditetapkan.

    Arka menerangkan dari segi pemerintah sudah jelas organisasi semacam itu pernah dilarang pemerintah.”Sekarang kepada pemerintah kita himbau supaya betul-betul lagi mengingatkan aturan itu kepada masyarakat. Kalau kita yang interen, maka secara tegas kita katakan jangan,” kata Arka seraya berharap adanya peran aktif media massa menginformasikan kepada masyarakat, khususnya umat Hindu Nusantara tidak mudah terpengaruh dengan ajaran-ajaran Sampradaya.

    ”Sekarang kita kembali melalui apakah mass media dan lain sebagainya, nyobyahang-nyobyahang kepada masyarakat umumnya Hindu supaya jangan terpengaruh dengan hal hal yang demikian,” harapnya.

    Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia mengatakan Pasamuan Agung Dharma Ghosana, Paruman Wuku Bala, Pasamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha kegiatan rutin organisasi Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara sesuai AD/ART wajib dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Khusus Pesamuan Agung kali ini, hal penting dibahas adalah persiapan Mahasabha yang akan dilaksanakan pada November sesuai dengan AD/ART. Dalam Mahasabha tersebut akan dibahas antara lain jika diperlukan penyempurnaan Anggaran Dasar dan pemilihan pengurus baru. ”Kita berharap dalam Pasamuan ini akan diputuskan tempat dan waktu Mahasabha. Kemudian panitia dan nanti dalam pelaksanaan Mahasabha akan diadakan pra Mahasabha untuk mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan organisasi,” katanya.

    Ida Bagus Putu Dunia berharap ke depan organisasi ini makin maju, dan Pasemetonan Wangsa Brahmana akan mengikuti atau mencapai tujuannya sesuai motto yaitu ”Ngulat Tikeh Emas”, yaitu Bersatu, Berguna, Berbakti dan Berkualitas. Kedua, Karma Tanpa Pala Aku Palania, yaitu tumbuhnya jiwa keikhlasan dalam pengabdian kepada semeton Bali dan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai maksud dan tujuan organisasi ini yakni Ngajegang Bali berdasarkan ajaran Ida Bhatara Lelangit Dang Hyang Niratha, dan Dang Hyang Astapaka melalui bhakti kepada agama, kemanusiaan, sosial dan seni Bali.

    Terkait persoalan-persoalan umat atau isu-isu terkini menjadi perhatian dari Pasamuan kali ini, Ida Bagus Putu Dunia, menjelaskan, salah satu kegiatan yakni Parum Wuku Bala, membahas tentang jenis Upakara Yadnya utama dari beberapa lontar sehingga bisa menghasilkan sebuah kesepakatan yang bisa digunakan bersama. Selain itu, masih banyak permasalahan-permasalahan yang bisa diselesaikan karena berbagai keterbatasan.

    Untuk bisa melaksanakan ajaran agama dan Dharma Negara, menurut Ida Bagus Putu Dunia, membutuhkan banyak aspek sehingga paling tidak pihaknya bisa mensinergikan kekuatan untuk mencapai apa yang bisa dicapai saat ini, khususnya di dalam ngajegang ajaran Bhatara Lelangit, Dang Hyang Niratha agar bisa lestari di Bali dan tidak terganggu oleh ajaran-ajaran yang berdatangan ke Bali. Baik itu langsung merupakan ajaran transnasional asing, seperti Hare Krishna, Saibaba maupun semeton-semeton Bali pendukung atau yang memfasilitasi ajaran-ajaran itu sehingga tidak menyadari ajaran itu merongrong dresta Bali.

    ”Jadi itu keinginan kita terus memperkuat ajaran ini dan menghindari perusakan. Ini cara untuk melestarikan ajaran Bhatara Lelangit, ajaran Hindu Bali khususnya dan ini bagian dari upaya menegakkan budaya, menegakkan nilai nilai-nilai social. Nilai leluhur dari leluhur kita yang memang sudah membumi. Kita menjaga supaya Bali bisa bertahan, tidak hancur oleh beberapa kepentingan pragmatis yang sadar atau tidak, sangat cepat merusak,” paparnya.

    Ida Bagus Putu Dunia menyoroti keberadaan sampradaya asing, kelompok spiritual Sakkhi yang menganut ajaran Hare Krishna, telah mengeluarkan Grand Strategy 50 tahun untuk menguasai Dresta Bali. Artinya melalui Grand Strategy tersebut Sakkhi memiliki tujuan menguasai Hindu Bali tahun 2062. Jika itu terjadi, maka Hindu Dharma Indonesia, Hindu Bali perlahan tapi pasti akan punah. Bisa dikatakan ancaman sampradaya asing di Bali makin mengkhawatirkan dengan adanya konspirasi atau grand skenario besar untuk menguasai Hindu Bali tersebut. Namun ia yakin umat Hindu Dharma Indonesia sebagian besar ingin ajaran Hindu Dharma Indonesia, Hindu Bali tetap ajeg karena di situlah asal usul kehidupan kita.

    Ida Bagus Putu Dunia menuturkan sejarah mengatakan dari situlah Hindu lahir, dari situlah Bali berkembang menjadi tempat yang terkenal dan berharga di dunia. Lahir dari agama Hindu, melahirkan kebudayaan, melahirkan tata nilai adiluhung. ”Kita tahu sekarang ini ada upaya-upaya untuk mengambil alih keberhasilan kita dengan ajaran-ajaran yang sebenarnya untuk merusak, tapi mereka mengemasnya seolah olah dia bagian dari Hindu,” ungkapnya.

    Sementara itu, Bupati Badung Nyoman Giri Prasta diwakili Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Sekkab Badung Ida Bagus Gede Arjana memberikan apresiasi dan dukungan atas Pesamuhan Agung ini. Dikatakan, pemerintahan Badung sangat mendukung Pasamuhan Agung ini. Apa yang disampaikan dalam acara ini sangatlah penting sebagai dasar dalam menciptakan lingkungan yang damai ”santi lan jagadhita”. Diharapkan paruman ini bisa terselenggara dengan baik dan dapat dijadikan dasar memelihara kedamaian dan kesejahteraan. Menciptakan masyarakat saling asah, asih, asuh, seimbang menjalankan agama dan dharma negara. ”Manusia tidak bisa lepas dari dharma agama, manusia akan bisa mendapatkan kesejahteraan dalam hidup jika sudah mendapat tuntunan dari dharma agama. Namun pelaksanaan sang hyang agama yang berlangsung mengikuti perkembangan zaman sering membuat generasi muda sulit mengaplikasikan dalam kehidupan,” kata Bupati Badung dalam sambutannya dibacakan Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Sekkab Badung Ida Bagus Gede Arjana.

    Ditambahkannya, adanya paruman yang dilaksanakan sekarang ini dapat dijadikan salah satu jalan membahas Sang Hyang Dharma Agama. Melalui paruman agung seperti ini juga sebagai kesempatan menyampaikan pendapat terkait dengan isi Sang Hyang Agama sebagai ukuran melaksanakan agama dalam kehidupan.

    Pelaksanaan upacara Atma Wedana sebagai upacara yang sudah biasa dilaksanakan di Bali, juga pelaksanaannya disesuaikan sima dresta masing-masing desa adat, memunculkan banyak tanggapan tentang upacara Atma Wedana. Generasi muda dan masyarakat masih belum jelas terkait dengan masalah pilihan pelaksanaan upacara antara nista, madya dan utama. Selain upakara dari masing-masing pilihan pelaksanaan upacara tersebut. ”Melalui paruman agung ini semoga bisa menemukan yang pasti serta sesuai sebagai uger-uger pada saat masyarakat akan melaksanakan yadnya khususnya upacara atma wedana tersebut,” harap Giri Prasta.

    Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara adalah Organisasi Paiketan Semeton Brahmana Siwa Budha Warih Ida Betara Dang Hyang Dwijendra miwah Dang Hyang Astapaka terdiri dari dua komponen yakni Dharma Goshana dan Dharma Prawerthi Sabha, terdiri dari organisasi Peranda dan Walaka.

    Perkumpulan Dharmopadesa ini dibentuk dengan Akta Notaris No. 01 tanggal 19 Nopember 2019 dihadapan Notaris Dr. Ida Bagus Gede Subawa, S.H., M.Kn., Notaris Kota Denpasar dan akta ini telah disahkan dengan SK Kemenkumham No. AHU.0000052.AH.01.07 Tahun 2020.

    Perkumpulan Dharmopadesa Pusat Nusantara ini mempunyai berbagai kegiatan sosial keagamaan yang bertujuan melestarikan bisama Ida Batara Lelangit Siwa Budha agar agama Hindu Dresta Bali tetap ajeg menyatu dengan adat istiadat Bali yang muaranya dapat mencapai kebahagiaan hidup manusia di mercepada dan di sunialoka, sesuai tema Pesamuhan Agung hari ini ”Ngiring Telebang Malih Pajah –Ajah Betara Sakti Dang Hyang Dwijendra Miwah Betara Sakti Dang Hyang Astapaka Angge Sarana Kanti Mikukuhin Semeton Brahmana Taler Ajeg Baline antuk Nelebang Pamargin Agama Hindu, Kemanusiaan, Adat Budaya taler Kesenian Bali”.

    Salah satu kegiatan Perkumpulan Dharmopadesa ini melaksanakan Pesamuhan Agung Dharma Goshana, Paruman Wuku Bala, miwah Pesamuhan Agung Dharma Prawerthi Sabha. Pertemuan ini dilaksanakan setiap tahun sekali harinya dipilih bertepatan dengan Wuku Bala.