FORUM Keadilan Bali – Menancapkan Keris Pusaka oleh Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menjadi pemuncak peringatan ke-177 Puputan Badung di Kota Denpasar dikemas dalam perpaduan apel dan Maha Bandana Prasadha berlangsung di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Rabu (20/9).
Rangkaian peringatan diawali pembacaan sejarah singkat Puputan Badung terjadi tahun 1906. Peperangan tersebut terjadi atas perlawanan sengit rakyat Badung kepada kolonialisme Belanda. Hal tersebut dipicu atas hak tawan karang yang bertentangan dengan Belanda kala itu. Puncak peringatan ditandai dengan Inagurasi Puputan Badung bertajuk Kstryaning Bala Yudha. Diiringi tabuh balegajur, pementasan tersebut dikemas apik menghadirkan beragam jenis Tari Baris menggambarkan prajurit dan kesiapsiagaan rakyat Badung kala itu. Turut ditampilkan kesenian pencak silat serta busana karnaval.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Panglingsir Puri Agung Satria Denpasar, A.A Ngurah Oka Ratmadi, Panglingsir Puri Agung Pemecutan, A.A Ngurah Putra Dharma Nuraga, Panglingsir Puri Agung Jro Kuta, A.A Ngurah Jaka Pratidnya serta panglingsir puri se-Kota Denpasar, Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede bersama Anggota DPRD Kota Denpasar, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, Fokopimda Kota Denpasar, LVRI Kota Denpasar, Pimpinan OPD serta undangan lainya.
Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, perang Puputan Badung kita peringati saat ini didasari peristiwa heroik rakyat Bali, terutama dari Kerajaan Badung bertempur sampai titik darah penghabisan atau puputan melawan penjajah Belanda. Pada tanggal 20 September 1906 merupakan peristiwa memperlihatkan kepada dunia bahwa segenap rakyat Bali dipimpin Raja Badung yakni I Gusti Ngurah Made Agung memiliki dedikasi dan idealisme tinggi berjuang dengan segenap jiwa raga menjaga setiap jengkal tanah kelahiran.
”Ini merupakan semangat sebagai bangsa besar yang tidak pernah melupakan sejarah perjuangan para pendahulu. Marilah kita maknai nilai-nilai kepahlawanan para pejuang kita patut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat dijadikan inspirasi generasi muda mengisi pembangunan,” ujarnya.
Jaya Negara mengatakan, dalam perang Puputan Badung terdapat sebuah bisama ”Mati Tan Tumut Pejah” bermakna mati di medan perang. Namun perjuangan tidak pernah mati. Inilah menjadi sejarah Pemerintah Kota Denpasar dengan motto ”Pura Dhipa Bara Bhavana” yang menekankan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat. Hal ini diaplikasikan pemerintah dalam program priroritas entaskan kemiskinan dan mewujudkan kemakmurahan masyarakat. ”Peringatan ke-117 perang Puputan Badung, khususnya bisama ”Mati Tan Tumut Pejah” menjadi inspirasi dan edukasi bagi kita semua. Para panglingsir puri dan pendahulu kita dalam meraih kemerdekaan. Ini menjadi sepirit memenuhi kewajiban dalam menjamin kesehatan masyarakat, memenuhi kebutuhan pendidikan dan lain sebagainya untuk kemakmuran masyarakat,” kata Jaya Negara.