FORUM Keadilan Bali – Menindak lanjuti tingkat inflasi Bali berada di tingkat 6,2 atau berada di atas inflasi nasional (5,1) year on year-nya, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati didampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dan Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa serta sejumlah Kepala OPD melaksanakan operasi pasar atau sidak harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, di Pasar Badung, Denpasar, Selasa (31/1).
Bahan kebutuhan yang sering sebagai penyumbang inflasi yang disidak mulai dari harga cabai, harga tomat, harga minyak, harga bawang merah, harga bawang putih, harga ayam dan harga beras. Dari pantauan harga cabai bertengger di angka Rp45.000 – Rp50.000 per kilogram menjadi faktor inflasi utama untuk Bali. Hal ini disampaikan Wagub Bali yang akrab disapa Cok Ace saat operasi/sidak pasar.
Dari hasil pantauan, harga cabai didatangklan dari Jawa dipatok dengan harga Rp45.000 ribu per kilogram, cabai didatangkan antar kabupaten di Bali di jual dengan harga Rp50.000 per kilogram. Sementara harga bahan makanan lain seperti bawang merah di bandrol dengan harga Rp27.000 per kilogram, bawang putih Rp22.000 per kilogram, telur ayam Rp47.000 per krat, beras putri Rp13.000 per kilogram, minyak bimoli Rp22.000 per liter, daging ayam Rp33.000 per kilogram, gula Rp15.000 per kilogram, udang Rp60.000 per kilogram dan tomat Rp10.000 per kilogram.
Wagub Cok Ace mengungkapkan, pihaknya memiliki potensi memasok bahan makanan pokok lokal dan bahan bumbu antar kabupaten. Namun perlu diingat memotong panjangnya mata rantai antara petani sampai ke pedagang. Pada dasarnya petani yang menjual hasil produksinya dengan harga murah. Saat tiba di pasar jauh lebih mahal akibat panjangnya mata rantai tengkulak. ”Saya yakin penekanan inflasi ini bisa dilakukan apabila semua stakeholder bekerja sama dengan baik,’’ kata Wagub Cok Ace.
Wagub Cok Ace mengungkapkan Bali harus memiliki pasar induk berfungsi mengontrol harga. Selain itu, harus memiliki sumber-sumber informasi antar kabupaten. Seperti Kabupaten Klungkung dan Karangasem memiliki ketersediaan cabai maka kabupaten lain termasuk Denpasar bisa langsung memantau dan berkoordinasi tentang harga pasar. ”Misalnya, Kabupaten Tabanan sebagai lumbung padi bisa mengkoordinasikan ketersediaan yang ada dengan kabupaten lain. Dengan demikian stok bahan pokok makanan sehari-hari dapat dipantau bersama, dan tidak terjadi penumpukan di satu wilayah dan uga tidak ada kekurangan di wilayah lainnya,” tegasnya.
Ditambahkannya, margin harga yang tergolong jauh ini bisa saja diakibatkan adanya mekanisme informasi belum berjalan dengan baik. Ketersediaan stok dan tingkat distribusi belum stabil.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, Bali menargetkan penurunan inflasi ke depan dapat mencapai 0,5 dari bulan ke bulan. Jika dibandingkan saat ini masih 0,7 dari bulan ke bulan. ”Kami akan terus berusaha mencari tahu apa penyebab dan bagaimana solusi untuk inflasi Bali masih tinggi hingga saat ini. Salah satunya melakukan operasi pasar,” ungkapnya.