FORUM Keadilan Bali – Penanganan stunting di Kabupaten Badung tidak hanya sebatas menyukseskan program pemerintah pusat menekan pertumbuhan stunting. Namun berkomitmen dan konsisten memunculkan masa depan sumber daya manusia (SDM) unggul serta berkualitas.
Hal itu terungkap saat Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa menjadi narasumber talkshow stunting di Ruang Tamu Wakil Bupati Puspem Badung, Jumat (6/10). Turut hadir narasumber dari Kadis P3AKB Kabupaten Badung I Nyoman Gunarta dan Kadis Kesehatan Kabupaten Badung I Made Padma Puspita
Wabup Suiasa menjelaskan, referensi stunting di Kabupaten Badung dari tahun 2021 ada dikisaran 8,7% dan tahun 2022 menurun referensinya menjadi 6,6%. ”Tahun 2023 ini kami targetkan 5,9%. Kalau bisa nanti referensinya 5,0% dan kita terus berupaya jangan sampai setiap tahun terjadi peningkatan pertumbuhan kasus stunting di Badung,’’ katanya.
Wabup Suiasa menjelaskan situasi dan kondisi stunting di Badung 2023 per Agustus 345 balita dari jumlah yang di timbang kurang lebih 15.700. Ia ingin ketahui seberapa jauhkah masyarakat mau secara aktif untuk datang ke Posyandu untuk memeriksakan diri, balitanya dan menimbang bayi ke Posyandu. Upaya dilakukan pemerintah daerah intervensi gizi sensitif langsung dilakukan Dinas Kesehatan, DP3AKB. ”Intervensi spesifik diberikan sektor kesehatan berupa asupan makanan melibatkan peran serta masyarakat. Masalah stunting bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tugas masyarakat juga,” katanya.
Kadis Kesehatan menegaskan, stunting kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan menyebabkan tubuhnya tumbuh tidak optimal dibanding teman-teman seusianya tumbuh normal. Beberapa penyebab sunting terjadi diantaranya pernikahan dini, kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kandungan ke Posyandu. ”Faktor lain lebih besar pengaruhnya faktor perilaku dan faktor lingkungan masyarakat. Seperti kondisi keluarga kurang mampu, keluarga dengan pendidikan rendah, keluarga yang sanitasi air buruk, keluarga dengan kelahiran anak terlalu dekat, terlalu muda menikah, terlalu tua menikah dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas P3AKB I Nyoman Gunarta mengatakan, stunting bukan takdir dan seluruh pihak terus berupaya mencegah stunting dengan dari hulu sampai ke hilir ikut terlibat aktif dan sistematis pencegahan dan penanggulangan stunting. “Mari bersama-sama berperan aktif ibu-ibu sedang hamil mengecek kondisi kandungannya untuk mendeteksi stunting. Bukan dilihat dari saat bayi lahir tetapi dilihat pada saat masa kandungan 0 sampai 9 bulan,’’ pintanya.