FORUMKEADILANBali.com – Krama dan warga Pasek Kayu Selem Gwasong se-Bali bakal menggelar karya Mamungkah Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, Tawur Balik Sumpah Agung lan Lebur Sangsa Nawa Gempang di Pura Kayu Selem Gwasong, Kintamani, Bangli pada Umanis Wayang, Sabtu (14/4) sampai Sukra Umanis Langkir (9/5/2025). Puncak karya jatuh pada Redite Wage Kuningan (27/4-2025).
Ketua Panitia Karya, Wayan Sukarya disela-sela rapat yang dihadiri warga Kayu Selem se-Bangli dan Klungkung di Griya Desa Tiga, Susut, Bangli, Sabtu (28/12), menyampaikan rapat yang dilaksanakan rencana karya tersebut, baik makna ritual karya, biaya karya, progres pembangunan di Pura Kayu Selem Gwasong, Kintamani. Selain memotivasi semangat warga Kayu Selem agar dapat melaksanakan karya dengan tulus ikhlas. Sebelumnya telah dilaksanakan rapat di kabupaten/kota. Rapat warga Kayu Selem se-Bangli dan Klungkung digelar terakhir. ”Saya sudah melaksanakan rapat di Kabupaten Badung, semua setuju dan semangat menggelar karya. Bangli dan Klungkung juga setuju menggelar karya,” kata sukarya dijawab setuju.
selain upacara Pandudusan Agung, kata Sukarya, digelar upacara Lebur Sangsa Nawa Gempang. Menurutnya upacara Lebur Sangsa dan Nawa Gempang upacara sangat beda. Upacara ini untuk penebusan dosa-dosa atas kekeliruan. Seperti punya sesangi (janji) tidak dilunasi. Upacara ini bertujuan mencapai keselarasan dan keselamatan umat serta mengharmoniskan keluarga yang punya masalah. ”Di sini pasti ada keluarga selalu ribut, sehingga masalah kecil jadi besar. Bahkan tak henti-hentinya muncul masalah, mengaku tidak ada keluarga masalah,” ujarnya.
Sukarya menyampaikan jumlah pangempon Pura Kayu Selem Gwasong 7.700 KK dan dikenakan urunan untuk karya masing- masing KK Rp300.000. Jumlah dana terkumpul dari iuaran warga kurang lebih Rp2 miliar. Sedangkan panitia memprediksi biaya total yang akan dihabiskan Rp5 miliar. Karena itu, dia memotivasi semangat krama mapunia, terutana kepada krama yang sudah mendapat banyak berkah. Krama di Lampung, dan Sumatera sudah memberi signal mapunia. ”Punia tidak harus berupa uang, tetapi boleh berupa wewalungan (binatang) seperti kerbau dan lainnya,’’ katanya.
Sukarya mengungkapkan beraneka wewalungan akan diperlukan pada upacara tersebut. Kalau mapunia berupa barang dan binatang, diharapkan jauh hari menyampaikan kepada panitia dengan harapan tidak kebanyakan barang. Di satu sisi ada kekurangan sarana upacara lain diperlukan. ”Kalau sumbangan gula menumpuk, kita akan menjadi dagang gula. Jika gula sudah banyak, warga lain diminta mapunia dalam bentuk lain,” ungkapnya.
Sukarya mengimbau warga yang kut hadir rapat menyebarluaskan isi rapat terutama kepada tidak hadir. Peserta rapat diberi lembaran dudonan upacara serta upacara yang mesti dilakukan di pura pekarangan dan pura dadia masing-masing, seperti mamenjor setiap pekarangan sampai ngunggahang Daksina Linggih masing-masing di Sanggah Kemulan, dan pada saatnya kalinggihang di Pura Kayu Selem Gwasong dilanjutkan dengan ritual ngeselin layaknya ngaben. (sum)