FORUM Keadilan Bali – Meningkatkan pemahaman dan filosofi makna upakara bagi masyarakat sesuai sastra, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar kembali menggelar pelatihan membuat banten “Ayaban Tumpeng Pitu” di Banjar Meranga Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur dibuka Wakil Ketua WHDI Kota Denpasar Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa, Minggu (5/3).
Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa mengatakan, pelatihan banten ini bukan menggurui masyarakat tata cara membuat banten. Namun kegiatan ini merupakan meningkatkan pemahaman masyarakat terutama wanita Hindu makna dan filosofi banten. Kegiatan juga berbagi ilmu tentang cara mejejahitan dan matanding sesuai sastra agama Hindu. ”Kami mengetahui ibu-ibu semua pasti sering dan biasa membuat banten. Namun lewat kegiatan ini kita bisa sharing dan berbagi ilmu,” katanya.
Dia berharap melalui pelatihan ini ibu-ibu bisa mandiri membuat banten minimal untuk diri sendiri maupun keluarga sehingga bisa sendiri mempersiapkan. Mengingat wanita Hindu di Bali tidak terlepas diri ritual upacara. Pelatihan ini akan dijelaskan makna dan filosofi banten sesuai sastra agama oleh narasumber dari WHDI Kota Denpasar.
Salah satu narasumber Ni Wayan Sukerti mengatakan, pelatihan banten memberikan pemahamam tentang banten sesuai sastra dan mencegah tidak ada kata nak mula keto.
Menurutnya, pemahaman tentang banten tidak diberikan maka Agama Hindu tidak akan berkembang. Dalam pelatihan ini akan dijelaskan makna setiap banten, cara menjarit dan matanding yang benar. ”Terpenting dalam membuat banten harus bisa membedakan mana ajaran sesuai agama dan budaya,’’ paparnya.