DENPASAR, FORUMKEADILANBali.com –Pemerintah Kota Denpasar bersama Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar kembali menggelar pelatihan membuat banten otonan ayaban Tumpeng Pitu di Balai Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, Sabtu (4/10/2025).
Pelatihan diikuti ibu-ibu PKK didampingi narasumber dari WHDI Kota Denpasar untuk membuat banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu ini dapat dilaksanakan secara mandiri. Hadir pada kesempatan tersebut, penasihat WHDI Kota Denpasar sekaligus Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana bersama Ketua TP PKK Kecamatan Denpasar Selatan Ny. Ida Ayu Alit Maharatni Purwanasara.
Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana mengatakan pelatihan membuat banten otonan ayaban Tumpeng Pitu difasilitasi Pemkot Denpasar untuk masyarakat dilaksanakan berkelanjutan. Mengingat jenis banten otonan sangat dibutuhkan disetiap enam bulan sekali memperingati hari kelahiran secara agama Hindu. Pelatihan membuat banten ini khusus pembuatan banten otonan ayaban Tumpeng Pitu. Sehingga peserta mayoritas kaum ibu paham tidak saja cara membuat banten. Tapi pengaplikasiannya serta filosofi dari banten tersebut sesuai dengan Sastra Agama Hindu. ”Dengan bimbingan narasumber berpengalaman dari WHDI,” ujarnya.
Sementara narasumber pelatihan banten dari WHDI Denpasar, Ni Wayan Sukerti menjelaskan materi yang diajarkan dalam pelatihan membuat banten otonan ayaban Tumpeng Pitu. Banten ini terdiri dari “Ulun Banten” yakni pejati, gebogan, pengambean, peras soda, dapetan pokok, dan terdiri dari sesayut (sesayut pabersihan, sesayut Sida Purna, sesayut Pageh Urip) dan tebasan Pemia Kala, segehan manca warna, bayakaonan dan prayascita. “Pelatihan ini sekaligus menjelaskan filosofi dari masing-masing komponen banten tersebut serta tata cara pengaplikasian dalam upacara otonan,” jelasnya.
Sukerti menambahkan, pelatihan banten kepada masyarakat ini merupakan program rutin tahunan sekaligus menjadi media saling bertukar pikiran dan pengetahuan tentang pembuatan banten. “Pelatihan pembuatan banten ini juga sebagai media saling bertukar pikiran dan berbagi pengetahuan tentang pembuatan Banten,” ucap Sukerti.
Salah satu peserta pelatihan, Luh Antini menyambut baik dilaksanakannya pelatihan membuat Banten di lingkungannya. ”Kegiatan ini sangat membantu ibu-ibu semakin memahami tata cara pembuatan banten dan pengaplikasiannya dalam upacara. Kita di Bali tidak pernah terlepas dari kegiatan keagamaan,” ungkapnya. (pas)

