FORUM Keadilan Bali – Dunia digital menyediakan berbagai kemudahan, namun juga menyimpan dampak negatif yang perlu diwaspadai. Untuk memerangi hoaks harus berkolaborasi agar bisa memilih dan memilah berita yang benar, baik dan bertanggungjawab.
”Era digital seperti sekarang, informasi tersedia sangat luas hampir tanpa batas sehingga menjadi tantangan bagi semua agar dapat memilah yang baik, benar dan bertanggungjawab,” ujar Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Kominfos) Kota Denpasar Dr. I.B Alit Adhi Merta, S.STP, M.Si., dalam sambutan sambutan tertulis dibacakan Kabid Pengelolaan Informasi Publik (PIP) Gde Wirakusuma W., S.Sos., saat membuka diskusi publik dilaksanakan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Bali di Hotel Grand Mirah Denpasar, Senin (18/7).
Deklarasi Mafindo dihadiri Presidium Mafindo, Pemerintah Kota Denpasar, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Komunitas Wanita Hindu Bali dan komunitas masyarakat lainnya.
Lebih jauh Wirakusuma menyampaikan, saat pandemi mewabah, hoaks kesehatan merebak masif sehingga muncul terminologi infodemi. ”Munculnya hoaks berpotensi menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap program pembangunan pemerintah yang ditujukan kepentingan masyarakat,” jelas Wirakusuma.
Dia mengungkapkan, masyarakat kehilangan kesempatan mendapatkan manfaat yang seharusnya mereka peroleh. Hal ini menjadikan tantangan di ruang digital semakin besar sehingga diperlukan literasi digital secara terus menerus kepada semua kalangan.
Wirakusuma mengungkapkan, Dinas Kominfos Kota Denpasar rutin melakukan literasi digital kepada pelajar SMP dan SMA/SMK, seka teruna teruni (STT), PKK desa/kelurahan dan UMKM serta kelompok masyarakat lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan kecakapan masyarakat dalam berinteraksi digital. ”Dengan spirit ”Vasudhaiva Kutumbakam”, semangat menyama braya, mari membangun kolaborasi dan sinergitas, demi tercapainya kesadaran digital bagi masyarakat,” tegas pria asal Buleleng ini.

Diperlukan kontribusi semua lini, baik lembaga sosial masyarakat, kaum intelektual dan akademisi, serta komunitas dalam mengedukasi masyarakat agar cakap, bijak dan berbudaya saat berinteraksi digital.
Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Farid Zamroni mengatakan, pengguna internet di Tanah Air belum cukup dewasa. Hal itu dibuktikan dari masifnya peredaran hoaks di Indonesia. Sehingga diperlukan edukasi dan literasi secara komprehensif kepada masyarakat. ”Harapannya dengan Deklarasi Mafindo Bali ini, kita semakin kuat bergandengan tangan dengan segenap unsur masyarakat sehingga bisa membuat masyarakat makin cakap digital. Karena bahaya hoaks, kemudian hate speech, serta narasi-narasi provokasi merupakan ancaman terhadap disintegrasi bangsa,” ucapnya.
Farid mengungkapkan, angka hoaks di Indonesia tergolong signifikan. Peredaran hoaks tahun 2021 mencapai 395 per bulan. ”Tema hoaks paling banyak beredar menyangkut politik, agama, etnis/sara, kesehatan/nutrisi, dan bencana,’’ terangnya.
Sementara Koordinator Wilayah Mafindo Bali, Indria Trisni Puspita menyatakan, organisasinya bersifat sukarela dan selama ini telah melakukan berbagai kegiatan kolaborasi literasi digital bersama berbagai pihak. ”Program Tular dan Nalar merupakan literasi digital untuk kalangan lansia atau warga senior. Termasuk Program Makin Cakap Digital yang dihelat bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, setiap minggu secara online untuk seluruh masyarakat Indonesia,’’ katanya.
Deklarasi Mafindo Bali ini merupakan wujud komitmen sebagai generasi muda yang paham digital untuk mengedukasi setiap lapisan masyarakat dalam bermedia sosial. ”Penyebaran hoaks di Bali sangat mengganggu, sudah selayaknya kita perangi bersama,” tegasnya.
Ia mengajak seluruh generasi muda dan tua di Bali bersama-sama memerangi hoaks. Karena literasi digital dapat menjadi senjata ampuh dalam perang melawan hoaks. ”Kita dapat menciptakan Indonesia yang damai, tanpa adanya hoaks,” harapnya.
Deklarasi bersama unsur pemerintah, masyarakat, dan generasi muda tersebut, Mafindo Bali menyatakan, sikap dan dukungan penuh terhadap Presidensi Indonesia untuk G20, menolak penyebaran kabar bohong atau hoaks yang bisa menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan antara sesama. Pernyataan lainnya adalah Mafindo siap bersatu padu bersama seluruh elemen masyarakat untuk melawan berbagai bentuk fitnah, hasutan, kebohongan dan hoaks. Terutama, Mafindo Bali mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memanfaatkan media sosial secara lebih positif, cerdas dan cakap melalui Program Peningkatan Literasi Digital yang akan dilaksanakan sepanjang tahun ini. Bagi masyarakat yang berminat menjadi relawan, dapat mengikuti sosial media Mafindo Bali.