FORUM Keadilan Bali – Arja klasik Seka Arja Satya Dharma Kerti, Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan duta Kota Denpasar dalam Utsawa atau parade Arja klasik di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-44 berhasil menyedot perhatian pengunjung PKB, Sabtu (9/7) di Kalangan Ayodya.
Hadir menyaksikan penampilan Arja Klasik Banjar Lantang Bejuh Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster, Ketua TP PKK Kota Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara dan tokoh masyarakat Kelurahan Sesetan.
Cerita Arja Klasik diawali di Kerajaan Swana Gangga tersebutlah dua bersaudara Galuh Diah Agra Manik dan adiknya Mantri Manis bernama Raden Wijaya Sena, ibu mereka telah tiada dan ayahnya pergi berguru sastra.
Diceritakan di Kerajaan Goa Maya, Prabu Sureng Rana atau Mantri Buduh belajar berguru sastra kepada Bhagawan Dharma Sakti. Prabu Sureng Rana belajar bersama sama dengan Liku yang bernama Diah Ulakesa. Setelah tamat belajar, Sang Prabu Sureng Rana ke Dharma Putra atau nyentana memperistri Diah Ulakesa dan dinobatkan menjadi raja di kerajaan Goa Maya. Sementara di kerajaan Swarna Gangga Mantri Manis berkeinginan mencari ayahnya yang sedang berguru sastra. Setelah bertemu dengan Mantri Buduh (ayahnya), Mantri Manis tidak diakui sebagai anak dan atas perintah Liku Dyah Ulakesa Mantri Manis dibunuh dan berita itupun sampai kepada Galuh Diah Agra Manik. Setelah Diah Agra Manik mengetahui adiknya telah dibunuh maka Diah Argra Manik dengan kesedihannya ingin mengkhiri hidupnya. Tetapi kedatangan Bhagawan Dharma Sakti memercikkan Tirta Sanjiwa (air kehidupan) akhirnya Raden Wijaya Sena hidup kembali dan ayahnya Prabu Sureng Rana sadar dan mengakui Raden Sureng Rana sebagai anaknya.
Koordinator Seka Arja Satya Dharma Kerti I Wayan Manuaba menyampaikan penampilan Seka Arja Banjar Lantang Bejuh duta Kota Denpasar melibatkan seniman muda. Hal ini melaksanakan regenerasi kepada insan muda untuk dapat mencintai kesenian Arja Klasik. ”Pelestarian budaya Bali juga memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk tetap mencintai kesenian klasik yang ada seperti halnya arja klasik,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan penampilan diiringi gambelan geguntangan tidak terlepas dari pakem Arja sebagai salah satu bentuk kesenian rakyat menceritakan tentang kisah Panji, alur ceritanya selalu terselip pesan-pesan kebijaksanaan, inti sari dari karya sastra dan lagu.