FORUM Keadilan Bali – PB Djarum kembali menggelar ajang pencarian bakat (audisi) pebulutangkis terbesar di Indonesia setelah sempat absen dua tahun akibat pandemic Covid-19. Kota Kudus, Jawa Tengah menjadi lokasi tunggal seleksi pada 19-22 Oktober 2022.
Menurut Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin, pelaksanaan audisi umum tahun ini fokus pada kategori usia U-11 dan U-13, serta sengaja dilangsungkan hanya di satu kota karena sejumlah pertimbangan keamanan. ”Kenapa hanya satu kota, karena kondisi Covid-19 tahun ini belum stabil, kami tidak berani berspekulasi untuk menyebar (audisi) ke berbagai kota karena pengendaliannya akan lebih sulit jika ada pergerakan infeksi,” kata Yoppy, Rabu (10/8).
Bagi PB Djarum, meski acara seleksi hanya berfokus di GOR Djarum, Jati, Kudus namun paling tidak ini menunjukkan komitmen keinginan kuat dari klub mempertahankan regenerasi pebulutangkis dari jenjang anak-anak.
Ia menjelaskan, usaha mematangkan pebulutangkis hingga bisa bersaing di tingkat dunia paling tidak membutuhkan waktu satu dasawarsa. Karena itu, PB Djarum kembali menggelar audisi umum untuk menjaring potensi-potensi calon atlet nasional sedini mungkin. ”Pada U-11 dan U-13 masuk rantai regenerasi, kalau tahun depan mereka naik maka kami juga akan membuat rekrutmen baru agar setiap lapisan (usia) tidak bolong. Kalau sampai bolong akan bahaya regenerasi. Arahnya adalah agar ekosistem bulutangkis terus berjalan,” papar Yoppy.
Padakesempatan yang sama, Ketua Pencari Bakat Audisi Umum PB Djarum, Sigit Budiarto, menuturkan seleksi pada tahun ini akan mencari bibit pebulutangkis berkarakter yang punya bakat dan teknik mumpuni. Atlet dengan semangat juang serta mental yang kokoh juga menjadi faktor penilaian yang tidak ketinggalan.
Sigit menambahkan, edisi audisi tahun ini panitia seleksi tidak mematok jumlah atlet yang akan diambil untuk mengikuti program pelatihan di PB Djarum. “Jumlahnya berapa tidak kami tentukan, tergantung dari kualitas dan mana yang terbaik. Kalau memang cuma ada lima, ya kami ambil kelimanya. Dalam audisi nanti juga ada turnamen untuk melihat kemampuan atlet keluar dari tekanan, dan daya juangnya. Itu alat ukur yang kami pakai,” pungkas mantan juara dunia ganda putra tahun 1997 itu.