FORUM Keadilan Bali – Pidato Gubernur Bali, Wayan Koster tentang pemuliaan sumber air melalui upakara Tumpek Uye di Kick-Off Meeting 10th World Water Forum mendapatkan apresiasi dan sambutan antusias 1.500 peserta dari 56 negara yang hadir di Jakarta Convention Center, Rabu(15/2).
Memasuki hari kedua pelaksanaan Kick-Off Meeting 10th World Water Forum, Kamis (16/2) di Jakarta Convention Center, Honorary President, World Water Council asal Brazil, Benedito Braga mendatangi Gubernur Bali, Wayan Koster menyampaikan terkesan dan tersentuh pidato Bapak Wayan Koster.
Honorary President World Water Council, Benedito Braga mengungkapkan Bapak Gubernur Bali saat berpidato menyampaikan nilai – nilai kearifan lokal ”Sad Kerthi” salah satunya mengambil nilai ”Danu Kerthi” memiliki arti penyucian dan pemuliaan sumber air. Masyarakat Bali melaksanakan penyucian dan pemuliaan sumber air disebutkan Gubernur Bali, menggunakan nilai – nilai kearifan lokal Bali untuk menghargai air, salah satunya melalui upakara Tumpek Uye. Masyarakat Bali juga memiliki budaya pengaturan air dalam sistem pertanian yang dikenal dengan Subak. Subak adalah sistem irigasi dikelola dengan prinsip-prinsip keadilan, keterbukaan, harmoni, dan kebersamaan melalui suatu organisasi masyarakat yang menjadikan masyarakat petani di Bali serasi dengan alam untuk mencapai hasil panen
organik yang optimal.
”Saya sangat terkesan dan tersentuh dengan pidato Bapak Wayan Koster. Mengakhiri pertemuannya, Honorary President, World Water Council asal Brazil, Benedito Braga menyampaikan Saya belum pernah ke Bali, namun saya pastikan akan ke Bali bersama keluarga saat acara World Water Forum ke-10 yang akan dilaksanakan tanggal 18-24 Mei 2024 di Bali,’’ katanya.
President of the Republic of Tajikistan, Sultan Rahimzoda dalam kesempatan yang sama juga menemui Gubernur Bali, Wayan Koster menyampaikan permohonan undangan agar berpidato di New York, Amerika Serikat tanggal 21-22 Maret 2023 dalam acara World Water Forum Amerika Serikat. ”World Water Forum Amerika Serikat adalah pertemuan besar untuk membahas air secara menyeluruh. Karena dalam kesempatan ini saya bertemu Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster agar berkenan berpidato di New York menyampaikan budaya, tradisi, dan nilai-nilai kearifan lokal Bali di dalam memuliakan air,’’ ujarnya.
Sultan Rhimzoda mengungkapkan Gubernur Koster juga berpidato terkait komitmen politik yang telah dilakukan secara nyata melalui kebijakan Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut mulai berlaku tanggal 29 Mei 2020. ”Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru,” ujar Sultan Rahimzoda seraya mendoakan Bali agar sukses menyelenggarakan World Water Forum ke-10 yang akan dilaksanakan pada tanggal 18-24 Mei 2024 mendatang.
Dalam kegiatan internasional, Gubernur Bali Wayan Koster sebelumnya juga mendapatkan kehormatan untuk berpidato pada acara Groundwater SUMMIT 2022 di Markas Besar UNESCO, Paris, Francis, tanggal 6-8 Desember 2022. Dalam pidato tersebut, Gubernur Bali menyampaikan visi pembangunan Bali, yaitu ”Nangun Sat Kerthi Loka Bali’’ bersumber pada Nilai – Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi, khususnya Danu Kerthi memiliki arti Penyucian dan Pemulian Air sebagai sumber kehidupan manusia secara niskala dan sakala dirayakan masyarakat Bali pada rahina Tumpek Uye serta dilaksanakan dengan kebijakan Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut.
Atas apresiasi tersebut, Gubernur Bali Wayan Koster menggunakan busana Adat Bali dihadapan Honorary President, World Water Council, Benedito Braga dan President of the Republic of Tajikistan, Sultan Rahimzoda menegaskan hidup tidak bias tanpa air, air adalah budaya dan peradaban, dan air adalah komitmen politik yang diwujudkan secara nyata melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut, dan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru untuk melakukan penyucian dan pemuliaan sumber air, guna terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia.