• Ketua TP PKK Pemprov Bali Tanpa Kenal Lelah Sosialisasikan Bahaya Stunting

    FORUM Keadilan Bali – Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster gencar sekaligus tidak pernah bosan dan lelah mensosialisasikan kesehatan, terutama bahaya stunting kepada masyarakat.

    Sosialisasi dilakukan saat saat berkesempatan menjadi narasumber bersama dengan Kepala Perwakilan BKKBN Ni Luh Gede Sukardiasih dalam dialog interaktif dengan tema ”Cegah Stunting Melalui Pola Asuh” di Studio TVRI Bali, Denpasar, Rabu (3/8/2022).

    Wanita yang akrab disapa Bunda Putri ini mengatakan, meskipun Provinsi Bali mempunyai tingkat stunting terendah secara nasional 10,9% dari 24,4%. Namun tetap harus waspada. ”Stunting adalah masa depan anak-anak dan bangsa. Karena tanggungjawab bersama mencetak generasi penerus untuk bangsa dan negara,” kata Ny. Putri Koster.

    Melihat angka stunting cukup kecil, Ny. Putri Koster menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Bali telah mempunyai kesadaran tinggi tentang kesehatan sejak dini. Menurutnya, stunting tidak hanya dipengaruhi tumbuh kembang anak semata, namun dari gaya hidup calon ibu. ”Dari remaja, calon ibu harus benar-benar menjaga kesehatan agar bisa melahirkan penerus yang sehat,” imbuhnya seraya menumbuhkan kesadaran calon ibu merawat kesehatan tubuh sejak dini, agar saat menikah dan hamil nantinya terbebas dari ancaman Kekurangan Energi Kronis (KEK).

    Ny. Putri Koster mengungkapkan, KEK bisa terjadi akibat pola makan tidak teratur, bahkan bisa akibat konsumsi obat-obatan diet terlalu aktif. ”Saya sebagai ibu dari masyarakat Bali tidak pernah lelah meminta semua remaja putri menjaga pola makan, pola tidur atau istirahat cukup sekaligus meminimalisir penggunaan gadget,’’ harapnya.

    Lebih lanjut Ny. Putri Koster menyatakan, stunting atau gagal tumbuh kembang anak tidak hanya terjadi saat dalam kandungan diakibatkan kurangnya asupan bergizi ibu saat hamil atau kekurangan energi kronis (KEK) saat hamil. Seperti diketahui bersama stunting atau gagal tumbuh kembang anak harus dicegah saat 1000 hari pertama bayi tersebut dilahirkan. ”Pemenuhan gizi saat bayi sudah dilahirkan (terutama 1000 hari pertama) menjadi peran penting dalam menentukan dan membantu tumbuh kembang bayi maksimal,” ungkapnya.

    Ia memaparkan, stunting masalah bersama dan perlu dukungan semua pijak, terutama anggota PKK merupakan ujung tombak, karena bisa menyentuh lapisan masyarakat terkecil yaitu keluarga. ”Saya minta TP PKK tingkat desa hingga kader-kader terus bersinergi dengan pemerintah dan kepala desa mensosialisasikan pencegahan stunting,” ucapnya.

    Ny. Putri Koster menambahkan, selain sosialisasi TP PKK Provinsi Bali juga mempunyai program aksi sosial langsung menyentuh masyarakat dengan memberikan bantuan, baik kepada ibu hamil dan balita untuk mencegah stunting.

    Sementara Kepala BKKBN Perwakilan Provinsi Bali Ni Luh Gede Sukardiasih setuju dengan Ny. Putri Koster penanganan stunting tidak cukup ada di satu level saja. Tetapi semua level dari muara ke hilir harus bergerak bersama. Semua stakeholder harus berbuat sesuai kewenangan masing-masing.

    Sukardiasih memaparkan stunting disebabkan faktor multi dimensi, dan tidak hanya oleh faktor gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun anak balita. Intervensi paling menentukan dapat mengurangi prevalensi stunting perlunya dilakukan pada 1.000 hari pertama kelahiran (HPK) dari anak balita, seperti pola pengasuhan yang  baik,  pengetahuan Ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan masa kehamilan serta setelah melahirkan. Di samping itu, ditekankan pentingnya komunikasi, informasi dan edukasi khususnya kepada remaja sebagai calon  pasangan suami istri nantinya memasuki fase pernikahan. Sebelum fase pernikahan memeriksakan diri dan memastikan diri dalam keadaan siap dan sehat. Sehingga bisa melahirkan generasi yang sehat secara kognitif dan fisik.