FORUMKeadilanbali.com – Semangat memupuk jati diri bangsa dihembuskan Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti di Denpasar, Bali. Karena ketahanan kebudayaan menjadi salah satu indikator penting. Kebudayaan merupakan karakter dan jati diri bangsa bagian dari ketahanan nasional.
LaNyalla mengatakan Indonesia mutlak memiliki ketahanan nasional yang kuat. Mulai dari ketahanan pangan, energi, kesehatan, pendidikan, militer, hingga ketahanan kebudayaan. Ini modal bagi negara dan pemerintah di tengah tantangan dan dinamika global. Mewujudkan cita-cita nasional yang termaktub di dalam alinea ke-4 naskah Pembukaan Konstitusi Indonesia. ”Mengapa ketahanan kebudayaan penting? Karena hakikat dari kebudayaan adalah karakter dan jati diri bangsa. Kita semua tahu, bangsa-bangsa yang besar adalah bangsa memiliki karakter dan jati diri bangsa yang kuat dan dijaga serta dipupuk,” kata LaNyalla dalam Focus Group Discussion Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa dengan tema ”Tantangan Global, Ketahanan Budaya dan Pancasila’ di Kantor Perwakilan DPD RI, Denpasar, Bali, Rabu, (29/5).
Lebih lanjut LaNyalla memaparkan Indonesia negara besar. Negara lahir dari peradaban besar di zaman kerajaan dan Kesultanan Nusantara. Peradaban di zaman itu telah melahirkan sejumlah pengetahuan dan keilmuan serta kebudayaan. ”Kita sebagai bangsa dan negara lahir dari peradaban besar di zaman kerajaan dan Kesultanan Nusantara memiliki kebudayaan kuat. Memiliki jati diri dan karakter masyarakat Nusantara yang kuat. Sehingga bangsa Indonesia akan tetap memiliki karakter ke-Indonesiaan-nya,” ujar pria asal Bugis ini.
LaNyalla mengungkapkan sumber jati diri bangsa Indonesia adalah nilai-nilai terkandung di dalam Pancasila. Karena nilai-nilai tersebut oleh Bung Karno disebut sudah ada di bumi Nusantara jauh sebelum era penjajahan Belanda. Sehingga nilai-nilai Pancasila sejatinya denyut nadi dari bangsa Indonesia. ”Kami di DPD RI, masa bakti 2019-2024 mengajukan Rancangan Undang-Undang inisiatif dari DPD RI, yaitu RUU Tentang Perlindungan dan Pelestarian Budaya Adat Kerajaan Nusantara. Alhamdulillah, RUU tersebut telah masuk di dalam daftar Program Legislasi Nasional,” imbuhnya.
Ia mengaku sengaja menyuarakan dan terus mendorong agar para pewaris kerajaan dan Kesultanan serta Masyarakat Adat Nusantara mendapat tempat ikut menentukan arah perjalanan bangsa. Karena mereka bagian dari penjaga ketahanan kebudayaan merupakan bagian penting dari Ketahanan Nasional Indonesia. ”Kita menghadapi tantangan sekaligus ancaman global akibat disrupsi terjadi di dunia. Baik disebabkan ketegangan geopolitik global, maupun disrupsi teknologi dan disrupsi lingkungan. Ini bukan main-main, harus dihadapi dengan semangat kebersamaan yang kuat, jangan biarkan pemerintah sendirian,” paparnya.
LaNyalla mengajak semua pihak terus memperjuangkan penguatan ketahanan kebudayaan sebagai bagian dari ketahanan nasional Indonesia. Melalui penguatan karakter dan jati diri bangsa mengacu kepada nilai-nilai luhur Pancasila.
Sementara itu, FGD berjalan menarik dan diikuti antusias peserta. Dipimpin Putu Eka Gunayasa sebagai moderator, dua narasumber yakni Raja Denpasar Ida Pengelingsir Puri Satria Denpasar dan Dosen Institut Seni Indonesia Denpasar, Dr. Kadek Suartaya banyak mendapatkan respon dari peserta.
Ida Pengelingsir Puri Satria Denpasar mengatakan dirinya sangat setuju apa yang diutarakan Ketua DPD RI. Kata dia, sumber dari kebudayaan itu adalah keraton atau kerajaan. Semakin lestarinya keraton dan kerajaan, semakin kuat bangsa ini. ”Beliau harus terpilih kembali menjadi ketua DPD RI periode berikutnya. Karena hanya beliau yang memperjuangkan Kerajaan dan Kesultanan di Tanah Air selama ini. Itu artinya, beliau sudah nyata ikut andil menjaga ketahanan nasional, melalui ketahanan kebudayaan,” kata Ida Panglingsir Puri Satria disambut tepuk tangan meriah.
Ida Panglingsir Puri Satria menambahkan, melestarikan kebudayaan harus melalui proses adaptasi dari tahun ke tahun. DPD RI sebagai lembaga tinggi negara telah berhasil menuntun adaptasi tersebut. ”Melestarikan budaya harus ada payung hukum, maka RUU inisiatif dari DPD RI harus terus didorong sampai menjadi undang-undang,” tegasnya.
Dr. Kadek Suartaya seirama dengan apa yang dipaparkan LaNyalla. Kata Suartaya, disrupsi teknologi ditandai dengan era robotisasi dan artificial intelligent akan menghantam budaya. ”Skarang sudah terasa di depan mata kita semua, yaitu handphone. Gadget itu menggerus budaya kita secara tidak langsung. Ini semua harus disiapkan mitigasinya, harus segera. Acara diprakarsai DPD RI ini sangat bagus dengan tema sangat kekinian untuk ketahanan budaya kita,” katanya.
Sementara itu, Alfiansyah Komeng sebagai anggota terpilih DPD RI juga memberikan pandangannya terkait budaya. Dia membeberkan budaya versi dirinya. ”Budi itu baik, daya itu pekerjaan. Jadi budi daya adalah pekerjaan yang baik. Jangan disangkutpautkan hal negatif dengan budaya. Pekerjaan baik sudah dilakukan Pak Nyalla sebagai ketua DPD RI. Beliau terus menjaga dan melestarikan budaya,” jelas Komeng.
Dalam acara tersebut hadir anggota DPD RI asal Bali, H. Bambang Santoso dan Ngurah Amara serta Bustami Zainuddin, anggota DPD RI Lampung dan Habib Ali Alwi, anggota DPD RI dari Banten. Turut hadir Arya Wedakarna, anggota DPD RI terpilih dari Bali, Alfiansyah Komeng, anggota DPD RI Terpilih dari Jawa Barat, Rudi Tirtayana, anggota DPD RI terpilih dari Papua Selatan, serta Yulianus Henock Sumual, anggota DPD RI terpilih dari Kalimantan Timur.
Selain itu, hadir juga Ayu Putu Lilik Handayani (Perwakilan Sekda Provinsi Bali Kepala Bidang Cagar Dinas Kebudayaan), Wayan Sumara dan Arya Wibawa dari Polda Bali, Candra Purnama dari Kejaksaan Tinggi Bali dan utusan dari Makodam X Udayana. Serta sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, mahasiswa Institut Seni Indonesia Denpasar dan Mahasiswa Universitas Mahendradatta.